Bisnis.com, JAKARTA - Sudah hampir empat tahun sejak kasus Covid-19 pertama kali terdeteksi di Indonesia, sampai saat ini virus tersebut masih ada meskipun statusnya tak lagi pandemi.
Sampai dengan 9 Januari 2024, Kementerian Kesehatan RI mencatat terdapat 2.760 kasus aktif, dengan tambahan 331 kasus baru, 2 kasus kematian, dan tes dilakukan pada 3.078 orang.
Adapun, dari varian yang beredar saat ini, turunan Omicron, JN.1 menjadi varian yang mendominas. Menurut para ahli, varian ini selain lebih cepat menular, juga lebih cepat masa inkubasinya sehingga lebih cepat menunjukkan gejala.
Melansir Times, Masa inkubasi adalah lamanya waktu yang dibutuhkan seseorang untuk menunjukkan gejala setelah terpapar suatu patogen. Masa inkubasi dari virus penyebab Covid-19, telah jauh lebih singkat sejak virus ini pertama kali beredar.
Pada awal pandemi, masa inkubasi disebutkan tujuh hingga 10 hari dan dijadikan jangka waktu di mana orang harus melakukan karantina atau isolasi setelah terpapar.
Menurut penelitian terbaru pada 2022, masa inkubasi rata-rata sekitar lima hari ketika varian Alpha mendominasi. Kemudian, masa inkubasinya memendek menjadi sekitar 4,5 hari ketika Beta dan Delta mendominasi, dan sekitar 3,4 hari setelah Omicron mengambil alih.
Penelitian terbaru dari berbagai negara, termasuk Jepang, Prancis, dan Singapura, juga menunjukkan bahwa strain Omicron memiliki masa inkubasi sekitar tiga hari, atau bahkan kurang dari itu.
Adapun, untuk varian JN.1 yang disebut-sebut mendominasi saat ini, diperkirakan memiliki masa inkubasi yang serupa dengan strain Omicron lainnya. Sebuah studi pada tahun 2023 menemukan bahwa meskipun masa inkubasi semakin pendek dari waktu ke waktu, berbagai subvarian Omicron semuanya serupa satu sama lain.
Shane Crotty, kepala ilmuwan di Institut Imunologi La Jolla menjelaskan, masa inkubasi virus kemungkinan menyusut karena beberapa alasan. Virus ini telah berevolusi seiring berjalannya waktu, menjadi lebih cepat dan lebih mahir dalam menginfeksi manusia.
Hampir setiap orang kini setidaknya pernah terjangkit Covid-19, baik melalui vaksinasi atau penyakit. Setiap paparan pada virus ini meninggalkan instruksi bagi sistem kekebalan tubuh, membantunya mengenali virus lebih cepat saat virus itu muncul lagi.
Crotty menjelaskan, seseorang bisa mengalami gejala karena sistem kekebalan tubuh yang aktif. Seluruh periode pra-gejala adalah berita buruk karena sistem kekebalan Anda belum berhasil membunyikan "alarm kebakaran”.
Saat ini, masa inkubasi yang singkat menunjukkan bahwa tubuh kita telah mengenali virus lebih cepat dan menggunakan sistem "pemadam" virus lebih cepat.
Kapan harus tes Covid-19 setelah terpapar?
Otoritas kesehatan federal, termasuk Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, merekomendasikan tes Covid-19 dilakukan setidaknya lima hari setelah terpapar, kecuali mengalami gejala lebih awal.
Namun karena varian yang ada saat ini tampaknya memiliki masa inkubasi sekitar tiga hari, tes sebaiknya dilakukan segera setelah hari ketiga, kecuali jika gejalanya muncul lebih awal.
Dekan National School of Tropical Medicine di Baylor College of Medicine, Peter Hotez, mengatakan bahwa waktu timbulnya gejala bergantung pada banyak faktor, termasuk jumlah virus yang terpajan pada seseorang.
Tingkat kekebalan yang sudah ada sebelumnya juga dapat memengaruhi kemungkinan atau waktu terjadinya sakit.
Mengingat semua variasi ini, maka direkomendasikan untuk memantau kesehatan Anda hingga seminggu setelah terpapar dan tetap memakai masker di sekitar orang lain selama waktu tersebut.
Ingat juga bahwa hasil negatif palsu mungkin terjadi apabila melakukan tes sendiri di rumah.