Bisnis.com, JAKARTA - Banyak orang menganggap Januari terasa seperti bulan terpanjang sepanjang tahun dibandingkan bulan lainnya.
Padahal, bulan ini memiliki waktu yang sama yakni selama 31 hari seperti kebanyakan bulan lainnya.
Para ilmuwan akhirnya memberikan penjelasan mengapa Januari sebenarnya terasa lama.
Semuanya ada dalam konsep 'Persepsi Waktu'. Konsep ini agak rumit untuk dipahami.
William Skylark—psikolog dan penulis Time Perception: The Surprising Effects of Surprising Stimuli menjelaskannya dengan sangat baik.
“Waktu mental adalah metrik yang cukup rapuh untuk durasi fisik” yang menyiratkan bahwa sebagai manusia kita semua mengalami waktu secara berbeda berdasarkan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Jadi tentu saja bulan Januari terasa panjang, apalagi setelah melewati bulan yang padat seperti Desember. Desember seperti Januari memiliki 31 hari tetapi penuh dengan hari libur dan acara yang dinanti-nantikan sehingga bulan berlalu dengan cepat. Meskipun tidak ada yang bisa dinantikan di bulan Januari selain pekerjaan dan sekolah.
Dilansir dari Jamaica Observer, Dr Zhenguang Cai dari University College of London—yang meneliti persepsi Waktu—menegaskan bahwa “memulai bulan Januari setelah Natal menimbulkan kebosanan yang menimbulkan kesan bahwa bulan Januari melambat”.
Ketika orang mengatakan waktu terasa berlalu dengan cepat ketika kita sedang bersenang-senang, hipotesis jam dopamin adalah penjelasan yang tepat. Ketika ada tingkat dopamin yang lebih tinggi, neurotransmiter di otak kita memotivasi dan memberi penghargaan yang mempercepat jam internal kita sehingga membuat waktu terasa bergerak lebih cepat.
Seiring dengan jam internal kita yang semakin cepat, pengakuan kolektif kita bahwa bulan Januari masih panjang membuatnya terasa lebih lama. Jadi bisa dibilang, tidak ada yang istimewa di bulan Januari. Kami mohon maaf karena harus membocorkannya kepada Anda, Capricorn dan Aquarius, tetapi Januari terasa seperti dua bulan dalam satu bulan.
Hal ini juga dapat dijelaskan dengan “hipotesis jam dopamin”, yang menyatakan bahwa kadar dopamin yang lebih tinggi membuat waktu terasa berjalan lebih cepat.
Dopamin adalah hormon yang dilepaskan oleh otak yang dirangsang oleh kesenangan, kepuasan, pencapaian, dll.
Newstatesman.com melaporkan sebuah penelitian yang menyimpulkan bahwa dopamin sering dilepaskan sepanjang bulan November dan Desember karena semua peristiwa seputar liburan.
Hal ini secara langsung menghubungkan “bersenang-senang” dengan waktu yang terasa lebih cepat dari biasanya. Ini adalah keyakinan ilmiah saat ini, namun masih banyak yang bisa ditemukan mengenai topik ini.
Jika kesenangan dan kegembiraan berdampak pada cara kita memandang waktu, maka dapat diasumsikan bahwa pengalaman manusia lainnya dapat berdampak berbeda pada persepsi waktu.
Ingat penelitian tentang film menakutkan yang membuat waktu terasa lebih lama, para peneliti menyimpulkan bahwa rasa takut dapat memperlambat cara kita memandang waktu.