Bisnis.com, JAKARTA - Arsitektur dinilai punya pengaruh sangat besar pada perkembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di Tanah Air.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf), Angela Tanoesoedibjo mengatakan daya tarik arsitektur di Indonesia juga dapat meningkatkan daya tarik pariwisata.
Salah satunya terkait green architecture yang belakangan cukup populer di Tanah Air. Seperti diketahui, arsitektur hijau merupakan tren bangunan yang mengutamakan keberlangsungan lingkungan.
Baca Juga Partisipasi di RKB BNI Fest Halal Park GBK, BNI Syariah Gelar Story Telling untuk Anak Istimewa |
---|
Dia memaparkan, tren arsitektur hijau juga lebih memperhatikan dampak negatif serta menciptakan dampak positif terhadap iklim dan lingkungan alam sepanjang siklus hidupnya.
“Arsitektur merupakan bagian dari subsektor ekonomi kreatif. Dan bagaimanapun juga sangat erat kaitannya dengan sektor pariwisata. Kami melihat di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, kalau pariwisatanya berkembang, sudah pasti ekonomi kreatifnya dan juga industri arsitekturnya pasti bisa berkembang,” terang Angela ketika membuka Indonesia Architecture Exhibition & Conference ARCH:ID 2024.
Dia mengatakan tren ke depannya, green arsitektur juga bisa menjadi story telling yang kuat. Apakah itu dari esensi budayanya yang ditonjolkan, keunikannya.
Karena itu, Angela optimistis bahwa industri arsitektur di Tanah Air bisa berkembang pesat diiringi dengan meningkatnya investasi pariwisata di Indonesia dari tahun ke tahun. Sebab pada 2023 saja, dia mengatakan Indonesia mendapatkan investasi Rp 45 triliun untuk pengembangan pariwisata.
Dalam ARCH:ID 2024 ini, firma desain dan arsitektur Atelier Riri bekerja sama dengan perusahaan baja lapis terbesar di Indonesia, PT Tatalogam Group, menghadirkan karya instalasi yang mereka beri nama ‘Halaman’ pada pameran tersebut.
Astri, penanggung jawab proyek dari firma Atelier Riri menjelaskan, dengan instalasi ‘Halaman’ ini Artelier Riri dan PT Tatalogam Group ingin memperkenalkan tentang modular sistem dimana modular yang ditampilkan tidak kaku atau tidak terkotak-kotakkan, namun modular yang artistik.
"Ide ini muncul sesuai dengan tema ARCH;ID yaitu Placemaking. Placemaking ini kita terjemahkan ‘berorientasi pada orang’. Artinya kami ingin memenuhi kebutuhan orang dengan mengambil pendekatan tentang transformation dan flexible. Dan ternyata kebutuhan itu bisa diakomodir oleh inovasi PT Tatalogam Group dengan sistem Domus Fastrack-nya, sehingga tercipta sebuah instalasi modular artistik yang kami beri nama ‘Halaman’,” terang Astri.
Astri menerangkan, dengan sistem Domus Fastrack mereka ingin menunjukkan bahwa material baja lapis dapat dibentuk sesuai dengan desain kreatif arsitektur. “Desain yang kami buat cukup random. Contohnya pada desain yang kami buat ada sudut kemiringan 10 derajat. Dengan Domus Fastrack, desain tersebut bisa dibentuk sesuai keinginan melalui software mereka. Dari Software ini kemudian diproduksi rangka sesuai dengan desain sehingga di lokasi konstruksi tidak ada material yang tersisa,” terang Astri.
Perwakilan PT Tatalogam Group, Christi Pramudianti Wihardjono menerangkan, Domus Fastrtrack merupakan salah satu inovasi yang dikembangkan dengan teknologi canggih untuk berbagai aplikasi bangunan.
“Domus Fastrack adalah sistem membuat rumah prefabrikasi ramah lingkungan yang telah banyak digunakan untuk komersial, perumahan dan banyak bangunan lain. Dengan kelebihan, tanpa waste dan didesain menggunakan teknologi tinggi sehingga sangat presisi dan sangat cepat dalam perakitannya. Contohnya dalam proses pembangunan instalasi modular artistik ‘Halaman’ ini, dari desain masuk hingga produk terinstal hanya membutuhkan waktu 1-2 minggu saja,” terang Christi.
Christi berharap teknologi Domus Fastrack dapat dimanfaatkan oleh para arsitektur Tanah Air untuk berkarya sesuai dengan kreatifitasnya sehingga dampaknya ke depan, industri arsitektur juga dapat membantu mewujudkan target pemerintah dalam meningkatkan sektor pariwisata di Indonesia.