Bisnis.com, MALANG—Cedera pascaolahraga karena memulai aktivitas tanpa pemanasan, perlu penanganan yang tepat serta memperhatikan langkah-langkahnya secara cermat agar tidak berdampak fatal.
Kaprodi Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dimas Sondang Irawan, mengatakan cedera terdiri dari dua jenis, yakni traumatik yang disebabkan oleh kontak seperti keseleo atau terbentur.
Selanjutnya, cedera repetitif (overuse), contohnya saat seseorang lari namun sepatu yang digunakan kurang pas, serta teknik lari yang kurang tepat sehingga menyebabkan shin splint atau nyeri di area kaki bagian depan.
“Jika hal ini terjadi, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menghentikan kegiatan olahraga, Banyak kasus yang terjadi karena sebagian besar pasien membiarkan keadaan overuse pada tubuhnya dan mengira itu hal yang biasa,” katanya, Senin (3/6/2024).
Langkah berikutnya yang perlu dilakukan, kata dia, yakni mengompres cedera dengan es batu. Meski ada penelitian yang mengatakan bahwa usaha tidak efektif untuk inflamasi atau pembengkakan, namun langkah ini baik untuk mengontrol rasa nyeri. Langkah ketiga yakni memeriksakan diri ke dokter atau ke klinik fisioterapi agar bisa mengetahui apa yang sedang dialami.
“Sayangnya, masih banyak masyarakat yang salah melakukan perawatan saat mengalami cedera. Ada yang mengompres dengan handuk hangat, mengoles cream, bahkan memijat,” ujar Dimas.
Menurutnya, hal-hal tersebut harus dihindari. Melakukan hal yang salah justru akan membuat cedera semakin parah. Cedera harus ditentukan apakah termasuk traumatik atau overuse agar penanganannya juga tepat.
“Perlu dipahami bahwa proses penyembuhan dari cedera tidak bisa disamaratakan. Kita harus melihat jaringan apa yang rusak. Misalnya ligamen yang rusak atau pergelangan kaki terkilir. Keduanya bisa membutuhkan kurang lebih satu bulan untuk perawatan. Kemudian jika yang terjadi adalah kontusio atau benturan biasa, kemungkinan tiga hari sudah bisa sembuh,” jelasnya.
Menurut dia, masyarakat kadang mudah menilai bahwa dirinya sudah sembuh lantaran rasa sakitnya mereda. Kemudian memutuskan untuk kembali berolahraga yang sama. Padahal belum tentu cedera yang dialami sudah sembuh total.
“Dalam perspektif fisioterapi, sembuhnya cedera bukan hanya masalah hilang atau tidaknya nyeri, melainkan juga kembalinya kemampuan fungsionalnya seperti kekuatan otot dan keseimbangan tubuh. Jadi harus mengikuti arahan dan aturan dari fisioterapis,” tegasnya.
Dimas berpesan bahwa salah satu hal yang harus dihindari ketika cedera, yakni melakukan pijat. Apalagi kuatnya stigma di masyarakat yang menyebut bahwa keseleo harus dipijat.
Padahal belum tahu sakit yang dialami diakibatkan oleh apa. Apakah ada ligamen yang robek, tulangnya patah atau tidak, adanya dislokasi atau tidak, dan lainya. Maka sebaiknya mengujungi fisioterapis atau ahli yang memahami betul tentang cedera. (K24)