Bisnis.com, JAKARTA – Penyakit Parkinson adalah kelainan neurodegeneratif yang menyebabkan gangguan motorik dan keseimbangan tubuh.
Hal ini akibat proses penuaan pada sistem saraf. Saat ini penyakit Parkinson mampu diprediksi melalui tes darah berteknologi Artificial Intelligence (AI) 7 tahun sebelum terjadi.
Temuan ini berasal dari para ilmuwan di UCL dan University Medical Center Goettingen. Penelitian yang dipublikasikan di Nature Communications ini menganalisis darah dari 72 pasien dengan Rapid Eye Movement Behavior Disorder (iRBD).
Proses analisis menggunakan mesin panel yang terdiri dari delapan biomarker berbasis darah yang konsentrasinya diubah pada pasien Parkinson, sehingga dapat memberikan diagnosis dengan akurasi 100%.
75-80% dari individu dengan iRBD akan mengembangkan synuclein opathy atau kelainan otak yang disebabkan oleh penumpukan abnormal protein yang disebut alpha-synuclein dalam sel otak, termasuk Parkinson.
“Saat alat pembelajaran mesin menganalisis darah pasien ini, alat tersebut mengidentifikasi 79% pasien iRBD mempunyai riwayat yang sama dengan penderita Parkinson,” tulis rilis tersebut, dikutip Science Daily pada Minggu (23/6/2024).
Para pasien diteliti selama sepuluh tahun dengan bantuan mesin AI sesuai tingkat konversi klinis. Hasilnya, 16 pasien diperkirakan akan menderita Parkinson dan mampu diprediksi tujuh tahun sebelum gejala itu muncul.
“Dengan menentukan 8 protein dalam darah, kita dapat mengidentifikasi calon pasien Parkinson beberapa tahun sebelumnya. Artinya, terapi obat berpotensi diberikan pada tahap lebih awal yang mungkin dapat memperlambat perkembangan penyakit atau bahkan mencegah terjadinya penyakit tersebut,” kata para ilmuwan dalam penelitian tersebut.
Salah satu penulis senior penelitian itu, Professor Kevin Mills di UCL Great Ormond Street Institute of Child Health mengatakan melalui teknologi canggih tersebut para peneliti dapat mengembangkan tes darah sehingga memudahkan untuk mendiagnosis pasien.
“Ketika terapi baru tersedia untuk mengobati Parkinson, kita perlu mendiagnosis pasien sebelum mereka mengembangkan gejalanya. Kita tidak dapat menumbuhkan kembali sel-sel otak dan oleh karena itu kita perlu melindungi mereka yang kita miliki,” jelasnya.
Mengutip Medical News Today, Dr. Alessandro Di Rocco seorang ahli saraf menjelaskan melalui identifikasi biomarker yang dapat memprediksi gejala Parkinson merupakan terobosan terbaru bagi para ilmuwan dan memberikan harapan hidup bagi para penderitanya.
“Mengidentifikasi orang-orang yang berisiko tinggi terkena Parkinson mungkin sangat membantu di masa depan ketika kita mungkin memiliki obat atau perawatan lain yang dapat menunda atau mencegah timbulnya penyakit ini,” ungkap Rocco.
Para ilmuwan masih mengembangkan penelitian ini agar mendapatkan hasil yang lebih sempurna. Tes darah berbasis AI ini diharapkan dapat membedakan penyakit Parkinson dengan kondisi penyakit lainnya dalam waktu yang bersamaan, seperti Multiple Systems Atrophy atau Demensia dengan Lewy Bodies.
Di samping itu, masyarakat disarankan untuk menjalani pola hidup sehat dengan rutin berolahraga dan mengonsumsi makanan kaya nutrisi sehingga terhindar dari penyakit Parkinson. (Muhammad Sulthon Sulung Kandiyas)