Bisnis.com, JAKARTA - Bos perusahaan obat-obatan asal Osaka, Jepang, Kobayashi Pharmaceutical mengundurkan diri setelah adanya dugaan masalah kesehatan dari suplemen yang diproduksi perusahaan tersebut yang menyebabkan kematian.
Presiden Pharmaceutical mengundurkan diri pada Selasa karena merasa bertanggung jawab atas berbagai masalah kesehatan dan kematian yang mungkin terkait dengan suplemen beras ragi merah beni kōji.
Mengutip Japan Times, bos perusahaan obat yang berbasis di Osaka, Kazumasa Kobayashi, mengundurkan diri dari jabatannya dan menjadi anggota dewan efektif mulai Selasa, namun akan tetap menjabat sebagai penasihat khusus.
Selain itu, Akihiro Kobayashi, putra Kazumasa dan presiden perusahaan sejak 2013, akan mengundurkan diri sebagai presiden namun tetap menjadi anggota dewan yang fokus pada pemberian kompensasi kepada para korban. Dia akan mengambil peran tersebut mulai 8 Agustus. Keduanya adalah anggota keluarga pendiri.
Sementara itu, Satoshi Yamane, Eksekutif Senior Kobayashi Pharmaceutical, akan menggantikan posisi Kazumasa, menjadi presiden baru pada 8 Agustus. Hal ini menandai pertama kalinya dalam 138 tahun sejarah perusahaan, di mana seseorang di luar keluarga pendiri akan menjadi kepala eksekutif.
Selain itu, presiden yang akan keluar dan penggantinya akan mengembalikan masing-masing 50% dan 40% dari gaji bulanan yang mereka terima dari Januari hingga Juni.
Perombakan manajemen terjadi setelah adanya masalah kekhawatiran kesehatan terkait dengan tablet yang dijual bebas yang mengandung beras ragi merah, yang difermentasi dengan kultur jamur atau beni koji yang diproduksi oleh Kobayasi Pharmaceutical.
Beras ragi merah atau "beni koji" telah digunakan dalam makanan, minuman beralkohol, dan obat tradisional selama berabad-abad di Asia Timur.
Penelitian medis mengatakan kandungan beni koji dapat meningkatkan kadar kolesterol dan juga memperingatkan akan risiko kerusakan organ tergantung pada komposisi kimia bahan tersebut.
Skandal ini tercetus pada Maret 2024 ketika perusahaan tersebut, menarik kembali tiga merek suplemen makanan setelah pelanggannya mengeluhkan masalah ginjal.
Perusahaan tersebut kemudian mengatakan bahwa mereka telah mendeteksi potensi asam beracun yang dihasilkan oleh jamur di salah satu pabriknya, dan pemerintah memeriksa fasilitas perusahaan tersebut.
Selanjutnya, pada Juni, perusahaan tersebut menyatakan sedang menyelidiki total 80 kematian yang mungkin terkait dengan pil yang mereka produksi, dan menyelidiki apakah ada organ lain selain ginjal yang mengalami kerusakan.
Saat itu pemerintah menyebut keterlambatan Kobayashi Pharmaceutical dalam melaporkan jumlah kasus yang sedang diselidiki “sangat disesalkan”.
Laporan yang dibuat oleh tim pengacara eksternal yang dirilis pada Selasa ini juga mengkritik cara perusahaan tersebut menangani masalah tersebut.
Disebutkan bahwa pada pertengahan Januari dan awal Februari, perusahaan sebenarnya sudah mulai menerima laporan adanya masalah ginjal dari dokter.
“Kobayashi Pharmaceutical belum pernah menerima banyak laporan kasus serius dari dokter dalam waktu sesingkat ini,” kata laporan itu.
Namun, meskipun demikian, perusahaan tidak segera mempertimbangkan pengungkapan kepada konsumen, karena tindakan mereka tidak terlalu mendesak.
Padahal, perusahaan seharusnya segera menarik kembali produk tersebut dan melaporkan kejadian tersebut. Namun, perusahaan baru memutuskan untuk melakukan hal tersebut setelah melakukan penyelidikan internal.