Pekerja memindahkan susu sapi di peternakan Mahesa Perkasa di Depok, Jawa Barat. Bisnis/Himawan L Nugraha
Health

Kenali Beda Gejala Intoleransi Laktosa dan Alergi Susu Sapi pada Anak

Mutiara Nabila
Selasa, 27 Agustus 2024 - 03:55
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Intoleransi laktosa merupakan salah satu kondisi yang sering dialami namun kerap tidak disadari, terutama pada anak-anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua mengetahui gejalanya. 

Berdasarkan data Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition (APJCN), prevalensi intoleransi laktosa pada anak Indonesia usia 3—5 tahun cukup besar, hingga sebesar 21,3 persen. Sementara itu, kelompok usia 6—11 tahun sebanyak 57,8 persen. 

Sayangnya, banyak orang tua tidak menyadari apabila anaknya memiliki intoleransi laktosa atau alergi terhadap susu sapi. Padahal, apabila tidak ditangani, dikhawatirkan bisa mengganggu tumbuh kembang anak. 

Medical Marketing Manager Kalbe Nutritionals, dr. Dewi Virdianti Pangastuti, menjelaskan bahwa intoleransi laktosa adalah ketidakmampuan tubuh dalam menyerap laktosa. Laktosa sendiri merupakan bagian dari karbohidrat alami yang ada di susu sapi. 

"Jadi setelah masuk ke dalam tubuh, laktosa akan diserap, laktosa akan dipecah. Setelah dipecah, lalu akan diserap dan dalam proses penyerapannya membutuhkan enzim laktase. Namun, pada kondisi intoleransi laktosa, enzim laktasenya tidak bisa membantu dalam proses penyerapan tersebut,” ujar dr. Dewi, dikutip Senin (26/8/2024). 

Dia menjelaskan, intoleransi laktosa dibagi menjadi dua, yaitu intoleransi laktosa primer dan sekunder. Intoleransi laktosa primer disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menyebabkan tidak ada atau berkurangnya produksi enzim laktase. 

"Intoleransi laktosa primer bisa juga karena bawaan anak tidak memiliki produksi enzim laktase. Kondisi tersebut biasanya baru muncul setelah anak memasuki usia remaja," jelasnya. 

Sedangkan intoleransi laktosa sekunder, sering kali terjadi pada anak-anak, karena dipicu oleh penyakit yang mendahului. Contohnya, pada anak bayi menderita diare dan mengalami kembung, maka usus halusnya tidak bisa memproduksi enzim laktase. 

"Kalau enzim laktasenya tidak ada, maka tidak bisa menyerap laktosa dalam susu dengan baik. Anak pun semakin diare, kembung, dan yang lain-lain. Hal ini juga bisa terjadi pada bayi, misalnya karena bayi prematur yang sistem pencernaannya belum sempurna, maka enzim laktasenya belum berproduksi dengan baik,” papar dr. Dewi.

Gejala Intoleransi Laktosa dan Beda dengan Alergi Susu Sapi

Intoleransi laktosa berbeda dengan alergi susu sapi, namun secara umum memiliki gejala yang mirip, sehingga banyak orang kerap salah tanggap membedakan keduanya. 

Salah satu perbedaan yang jelas antara intoleransi laktosa dan alergi susu sapi adalah ketika alergi susu sapi biasanya sistem imun akan bereaksi dengan protein dari susu sapi sebagai pemicunya. 

Dalam alergi susu sapi, tubuh anak tidak dapat toleran terhadap protein susu sapi yang mengandung whey dan kasein. 

Sedangkan jika intoleransi laktosa (karbohidrat), karena tidak ada enzim laktase atau enzim laktase tidak memproduksi dengan baik, yakni anak lebih sensitif terhadap laktosa. 

Namun demikian secara umum gejalanya mirip, terutama gejala saluran pencernaan. Gejala alergi dapat timbul di saluran pencernaan, di kulit, dan di saluran pernapasan. 

Anak bisa mengalami diare, kembung, mual, dan mudah muntah, ruam, bercak kemerahan, gatal, dan anak mudah pilek atau bersin. 

Sementara itu, gejala intoleransi laktosa juga ada di saluran pencernaan, namun tidak ada gejala di kulit dan tidak muncul gejala di saluran pernapasan. 

Gejala khas intoleransi laktosa umumnya perut terasa sangat kembung dan ada bunyi berisik seperti ‘krucuk-krucuk’ di dalam saluran pencernaan. Selain itu, jika anak masih menggunakan popok, biasanya area anus anak mudah merah dan beraroma asam. 

"Hal ini karena laktosa bersifat asam dan menghasilkan gas," jelasnya. 

Cara Mengatasi Intoleransi Laktosa

Untuk mengatasi intoleransi laktosa, anak bisa diperkenalkan untuk mengonsumsi pengganti susu sapi seperti isolat protein soya atau  susu berbahan kedelai. 

Isolat protein soya umumnya sudah dimurnikan sehingga kandungan nutrisi yang tidak dibutuhkan anak sudah disisihkan. Meski demikian, isolat protein kedelai bisa menggantikan fungsi susu sapi untuk memenuhi kebutuhan protein. 

dr. Dewi mengatakan, anak-anak dengan intoleransi laktosa tetap membutuhkan nutrisi yang seimbang, di antaranya, harus memenuhi 30 persen protein, sekitar 50 persen karbohidrat, dan sekitar 20 persen lemak. 

Susu sapi sebagai sumber protein yang dapat digantikan dengan mengonsumsi sumber nutrisi protein lain, misalnya dengan mengonsumsi daging-dagingan, ayam, tempe. 

Lalu untuk sumber karbohidrat, anak dapat mengonsumsi nasi, kentang, jagung, dan banyak sumber karbohidrat lain yang dapat divariasikan. 

Selanjutnya, intoleransi laktosa juga bisa membaik seiring waktu. Oleh karena itu, jika gejala anak sudah membaik, maka bisa kembali diberikan makanan yang mengandung laktosa.

Penulis : Mutiara Nabila
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro