Cacar monyet/kemenkes
Health

Virus Mpox Cepat Bermutasi, Ilmuwan Kesulitan Melacak Strain Baru

Mutiara Nabila
Kamis, 29 Agustus 2024 - 16:19
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -- Virus penyebab Mpox atau cacar monyet disebut sangat cepat bermutasi, hal ini membuat para ilmuwan kesulitan untuk melacak strain baru dan penyebarannya. 

Dilansir Reuters, para ilmuwan kini tengah memantau dengan saksama strain baru virus mpox, yang dikenal sebagai clade Ib. Strain tersebut muncul dari Republik Demokratik Kongo dan menyebar lebih cepat dari yang diperkirakan. 

Para ilmuwan yang meneliti strain tersebut melaporkan bahwa virus tersebut berevolusi lebih cepat dari yang diantisipasi. Perubahan cepat ini membuat banyak aspek virus, termasuk tingkat keparahan dan pola penularannya, menjadi tidak jelas, sehingga lebih sulit untuk ditangani. 

Strain baru yang diidentifikasi melalui pengurutan genetika memiliki mutasi yang dikenal sebagai APOBEC3, telah meningkatkan kekhawatiran karena kemampuannya yang lebih cepat untuk menular di antara manusia. 

Mpox, yang telah menjadi masalah darurat kesehatan masyarakat di beberapa bagian Afrika sejak 1970, menyebabkan gejala seperti flu dan lesi berisi nanah di sekujur tubuh para penderitanya. Munculnya clade Ib telah membawa tantangan baru karena terbatasnya dana dan peralatan yang tersedia untuk melacak virus, terutama di laboratorium Afrika.

Kasus mpox, yang sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet, melonjak secara global pada 2022, yang menyebabkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan keadaan darurat kesehatan global. 

Meskipun pengumuman itu berakhir setelah 10 bulan, kemunculan strain clade Ib yang baru telah mendorong WHO untuk mengumumkan keadaan darurat kesehatan lainnya. 

Strain ini adalah versi mutasi dari clade I, yang telah lama menjadi penyebab endemik di Kongo dan biasanya menyebar melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan bahwa di Kongo sudah terjadi lebih dari 18.000 kasus dugaan mpox clade I dan clade Ib serta 615 kematian tahun ini. Dalam bulan lalu saja, telah ada 222 kasus clade Ib yang dikonfirmasi di empat negara Afrika, bersama dengan kasus-kasus terisolasi di Swedia dan Thailand yang terkait dengan perjalanan dari Afrika.

Para ilmuwan menekankan perlunya pemahaman yang lebih baik tentang wabah tersebut untuk mengatasi masalah seperti dinamika penularan, tingkat keparahan penyakit, dan faktor risiko dengan tepat. 

Mereka mencatat bahwa clade Ib telah menunjukkan evolusi yang cepat, mencapai penyebaran berkelanjutan dari manusia ke manusia dalam waktu kurang dari setahun. Padahal sebelumnya proses tersebut bisa memakan waktu lebih dari lima tahun di clade IIb di Nigeria.

Para peneliti menunjukkan bahwa mpox adalah orthopoxvirus, famili yang sama dengan cacar. Sayangnya, kampanye vaksinasi global terhadap cacar dihentikan 50 tahun lalu, sehingga mengurangi kekebalan populasi secara keseluruhan. 

Para ilmuwan menegaskan bahwa mutasi APOBEC3, yang terdeteksi pada clade Ib, menandakan bahwa virus tersebut bermutasi lebih cepat daripada yang diamati sebelumnya, sehingga mempercepat evolusinya.

Mereka mengatakan bahwa kasus mpox antarmanusia memiliki ciri khas mutasi APOBEC, yang berarti bahwa virus tersebut bermutasi sedikit lebih cepat dari yang kita duga.

Munculnya clade Ib di tengah berbagai wabah mpox yang sedang berlangsung mempersulit respons. Mpox sebelumnya menyebar melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi, tetapi dengan mutasi strain yang berubah seperti klade Ib dan IIb kini sebagian besar ditularkan secara seksual. Pergeseran ini pertama kali ditunjukkan oleh epidemi di kalangan pekerja seks perempuan di Kivu Selatan, Kongo.

Para ilmuwan mencatat bahwa meskipun sebagian besar kasus klade Ib yang bermutasi menyerang orang dewasa, virus tersebut juga menyebar melalui kontak dekat dengan orang yang terinfeksi. 

Cara penularan ini kemungkinan besar bisa menyebabkan penularan pada kelompok anak-anak, terutama di kamp-kamp pengungsian Burundi dan Kongo timur.

WHO telah menyatakan kekhawatiran atas risiko terhadap populasi yang rentan seperti anak-anak, wanita hamil, dan individu dengan sistem kekebalan yang lemah, yang mungkin menghadapi penyakit yang lebih parah dan risiko kematian yang lebih tinggi.

Secara historis, strain clade I memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi sebesar 4% - 11%, dibandingkan dengan sekitar 1% untuk clade II. Namun, data awal dari Kongo menunjukkan lebih sedikit kematian akibat clade Ib, sehingga ada kekhawatiran tentang pencatatan data yang tidak konsisten.

Secara keseluruhan, para ahli mendesak perhatian dan sumber daya untuk meningkatkan pemahaman dan respons terhadap virus mpox yang terus berkembang, dengan penekanan pada peningkatan kemampuan diagnostik dan pengumpulan data yang komprehensif.

Penulis : Mutiara Nabila
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro