Bisnis.com, JAKARTA -- Kanker payudara merupakan jenis kanker kedua yang paling umum dan salah satu penyebab terbesar kematian terkait kanker di seluruh dunia, terutama bagi wanita.
Pada 2022, ada lebih dari dua juta kasus kanker payudara terdiagnosis, dengan lebih dari 665.000 kematian secara global.
Meskipun tingkat kelangsungan hidupnya masih tinggi bagi mereka yang didiagnosis menderita kanker, namun ada sekitar 30% pasien kanker payudara yang kemudian mengalami metastasis dan diperkirakan hanya dapat hidup lima tahun setelah diagnosisnya.
Kanker payudara sendiri bisa dideteksi dengan melakukan skrining, mulai dari skrining sendiri dengan cara meraba untuk mendeteksi benjolan di payudara. Kemudian, apabila terdapat benjolan bisa dilakukan mammografi, ultrasonografi, biopsi, dan scan MRI.
Selanjutnya, kanker payudara bisa terdeteksi dari tingkat spektrum HER2, yakni protein yang memacu pertumbuhan reseptor tirosin kinase yang diekspresikan pada permukaan berbagai jenis tumor, termasuk kanker payudara.
Prof. DR. dr. Ikhwan Rinaldi menyebutkan bahwa orang dengan kanker payudara bisa memiliki kadar HER2 rendah, dapat berupa HR+ (reseptor hormon positif) atau HR- (reseptor hormon negatif).
Baru-baru ini ditemukan, bahwa sekitar 60% orang yang didiagnosis kanker payudara metastatis sebenarnya memiliki kadar HER 2 rendah. Kanker payudara dengan HER-2 rendah bisa membuat kanker lebih ganas dan lebih cepat menyebar.
"HER2-Rendah adalah kanker payudara yang agresif dan tumbuh cepat, dan seperti halnya HER2-positif dan HER2-negatif, kanker payudara HER2-Rendah dalam stadium lanjut dapat bermetastasis atau menyebar ke area lain di dalam tubuh, seperti otak atau tulang," paparnya dalam Media Briefing, Kamis (19/9/2024).
Namun, Prof. Ikhwan menyampaikan tak perlu khawatir karena kini pasien kanker payudara metastatik dan kanker payudara HER2-Rendah dapat dirawat dengan terapi target.
Pasien kanker payudara HER2-Rendah dapat diberi obat untuk memperlambat kecepatan dan penyebaran pertumbuhan kanker, mengurangi keparahan gejala, meningkatkan kenyamanan dan kualitas hidup, dan dapat memperpanjang waktu masa bebas penyakit hingga dua kali lipat dengan penggunaan obat trastuzumab deruxtecan alih-alih dengan kemoterapi.
"Dengan terapi ini obat-antibodinya bekerja secara lebih spesifik dapat masuk ke sel kanker, sehingga tidak merusak jaringan lainnya di seluruh tubuh, dan bisa memberikan peluang untuk sehat dalam jangka yang panjang," ungkapnya.