Bisnis.com, JAKARTA -- Anemia masih menjadi permasalahan kesehatan yang mendesak di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Kasus ini menjadi tantangan, terutama pada kelompok yang rentan terhadap anemia defisiensi besi yaitu anak dan ibu hamil.
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, sebanyak 38,5% atau 1 dari 3 anak Indonesia berusia di bawah 5 tahun mengalami anemia.
Tidak hanya pada anak¸ kejadian anemia atau kekurangan darah pada ibu hamil di Indonesia juga masih tergolong tinggi, yaitu sebanyak 48,9%.
Anemia defisiensi besi terjadi pada 75% kasus anemia akibat defisiensi nutrisi. Pada masa kehamilan hingga anak berusia sampai 23 bulan atau pada masa MPASI, risiko Anemia Defisiensi Besi dapat meningkat, karena meningkatnya kebutuhan zat besi akibat pertumbuhan yang cepat dan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan ini dengan makanan pendamping.
Risiko ADB pada periode kehamilan dan menyusui disebabkan oleh faktor, diantaranya karena asupan yang tidak adekuat, konsumsi makanan atau minuman yang menghambat penyerapan zat besi, mengabaikan pentingnya nutrisi seimbang, tidak teratur minum suplementasi besi serta mengalami infeksi.
Melihat masih banyaknya kejadian anemia defisiensi besi pada ibu dan anak, dalam rangka memperingati World Iron Deficiency Day atau Hari Defisiensi Besi Sedunia, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) mendorong peningkatan peran Bidan dalam melakukan skrining/identifikasi dini serta pencegahan Anemia Defisiensi Besi (ADB) pada ibu dan anak di Indonesia.
Skrining defisiensi zat besi dengan model asuhan dan rujukan yang optimal serta keterlibatan dan kolaborasi berbagai pihak pelayanan kesehatan ibu dan anak, salah satunya bidan merupakan inisiasi yang tepat untuk pencegahan dini kejadian Anemia Defisiensi Besi (ADB) pada Ibu dan anak.
Dr. Ade Jubaedah, Ketua Umum Ikatan Bidan Indonesia (IBI) mengatakan, sebagai pelayanan kesehatan ibu dan anak, Bidan memiliki peran strategis dalam memastikan kesehatan ibu, anak dan keluarga di Indonesia dengan melayani 74% pemeriksaan kehamilan dan 62,7% persalinan, dan lebih dari 50% layanan keluarga berencana.
Dalam ruang lingkup tenaga kesehatan, tenaga kebidanan merupakan salah satu posisi dengan proporsi tertinggi yaitu sebanyak 26,2% dari seluruh tenaga kesehatan.
"Dibandingkan dengan influencer, peran bidan lebih besar, apalagi berhadapan langsung dengan pasien," kata Dr. Ade dalam Media Gathering di Jakarta, Selasa (26/11/2024).
Oleh karena itu, dalam rangka memperingati World Iron Deficiency Day, ke depannya bidan diharapkan dapat meningkatkan peran sebagai ujung tombak kesehatan ibu dan anak di seluruh pelosok negeri dalam merekomendasikan skrining/identifikasi dini serta pencegahan dengan tujuan untuk menurunkan angka kejadian Anemia Defisiensi Besi di Indonesia.
Dr. Ade juga menekankan pentingnya sinergi yang kuat dengan berbagai pihak untuk menekan angka kejadian Anemia Defisiensi Besi pada anak. Karena, dengan deteksi yang cepat, intervensi dapat dilakukan lebih awal, seperti pemberian suplementasi zat besi atau perubahan diet yang tepat bagi ibu dan anak.
"Skrining faktor risiko sebaiknya terintegrasi dengan layanan kesehatan ibu dan anak yang dilakukan Bidan sehingga mendukung pencegahan ADB lebih optimal. Tentunya, untuk menjangkau sebanyak mungkin orang tua dana anak dibutuhkan kolaborasi multipihak agar keberhasilan intervensi lebih menyeluruh dan anak tidak ada yang mengalami anemia," imbuhnya.