Bisnis.com, JAKARTA - Permintaan bubuk teh hijau (matcha) mengalami kenaikan hingga menyebabkan kelangkaan di beberapa negara, pusatnya adalah Jepang.
Matcha disebut mengalami lonjakan permintaan, salah satu alasannya karena viralnya konten pemakaian bahan tersebut di TikTok.
Saat ini memang matcha menjadi salah satu bahan perasa yang banyak disukai oleh masyarakat di seluruh dunia.
Adapun alasan terbesar kelangkaan matcha yakni karena sejumlah toko di Jepang memutuskan untuk memproduksi dan menjual produk matcha mereka.
Bubuk teh hijau tersebut memiliki proses pembuatan yang membutuhkan waktu lama. Hal ini juga membuat matcha menjadi sajian premium yang mahal harganya.
Toko-toko di Jepang akhirnya membatasi jumlah matcha yang dapat dibeli oleh pelanggan. Ippodo Tea, salah satu merek mathca di Jepang, memutuskan untuk menghentikan sementara penjualan karena tidak dapat memenuhi permintaan.
Dalam keterangan resminya, Ippodo Tea mengaku akan mulai melanjutkan produksi dan penjualan matcha pada awal tahun 2025.
Adapun merek lain yakni Marukyu Koyamaen, mengaku kewalahan juga dengan lonjakan pesanan dan harus membatasi ketersediaan semua produk matcha.
Melansir Strait Times, kelangkaan matcha ini membuat produk tersebut menjadi lebih mahal. Bahkan harga minuman berasa matcha mengalami lonjakan hingga 10% sejak Oktober lalu.
Parahnya, kelangkaan matcha ini juga tak dirasakan di Jepang saja. Namun merambat sampai Singapura dan Australia.
Matchaya, sebuah kafe di Singapura, mengatakan mereka kehabisan stok matcha untuk sementara waktu. Kelangkaan ini juga menyebabkan mereka harus menaikkan biaya pengiriman.
Kemudian menurut laporan Sydney Morning Herald, sejumlah kafe di Australia juga terdampak kelangkaan matcha. Sebuah kafe mengaku kesulitan memenuhi permintaan hingga harus menunggu hingga tiga bulan untuk pengiriman baru dari Jepang