Bisnis.com, SEMARANG - Produk olahan pertanian seperti pasta bawang merah serta cabai kering menjadi salah satu strategi Jawa Tengah dalam menjinakkan inflasi pangan. Olahan tersebut mampu menambah nilai jual produk yang dihasilkan petani. Di sisi lain, konsumen ikut diuntungkan dengan ketersediaan bahan pangan di luar musim panen.
Katharina Ardanareswari, staf pengajar di Fakultas Teknologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata, Kota Semarang, menjelaskan bahwa proses penyimpanan dan pengolahan merupakan dua hal yang penting diperhatikan guna menjaga kandungan nutrisi dari bahan pangan. Baik pangan dalam bentuk segar maupun pangan olahan.
Sebagai contoh, bawang merah dan cabai sebagai bumbu dapur memiliki kandungan antioksidan dan vitamin C yang baik untuk tubuh. Namun demikian, kandungan tersebut bisa berkurang atau rusak apabila disimpan dan diolah dengan cara yang kurang tepat.
Katharina menjelaskan, untuk produk bawang merah segar, konsumen dapat menyimpan bahan pangan itu di suhu ruangan untuk mencegah terjadinya pertunasan. "Kalau untuk cabai, tergantung sebenarnya, karena suhu dingin itu cukup bagus, chiller itu bagus. Pada intinya, dengan suhu rendah dia akan tahan lebih lama. Ada juga yang mau menyimpan cabai dalam bentuk kering, juga tidak apa-apa," jelasnya, dikutip Rabu (4/12/2024).
Konsumen dapat memperpanjang masa penyimpanan dari dua bahan pangan tersebut dengan mengolahnya menjadi produk turunan. Yang menjadi catatan, pengolahan tersebut mesti dilakukan secara steril.
"Cabai kering dan pasta bawang merah adalah pangan olahan, hitungannya. Sementara, [bumbu] gilingan di pasar itu sifatnya adalah pangan segar yang harus digunakan segera, dihabiskan segera," jelas Katharina.
Bumbu giling yang dibeli dari pasar tradisional masih bisa awet untuk digunakan selama seminggu. Syaratnya, bumbu tersebut mesti disimpan dalam suhu dingin.
"Sementara yang pangan olahan, ini bisa tahan berbulan-bulan. Jadi secara keamanan pangan, keduanya aman, ketika digunakan sebelum masa simpannya habis," jelas Katharina saat ditemui Bisnis.
Dari cara pengolahan, semakin tinggi suhu yang digunakan untuk memasak bahan-bahan pangan tersebut, maka semakin besar pula kandungan antimikroba, antioksidan, serta vitamin yang hilang. Katharina melanjutkan bahwa lama waktu pemasakan juga ikut berpengaruh pada penurunan kandungan nutrisi pada bahan pangan.