Sejumlah siswa dan siswi melakukan proses belajar di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah 14 Jakarta, Senin (16/1/2023). Bisnis/Suselo Jati
Health

Hari Pendidikan Nasional, Tren Perokok Anak dan Remaja Kian Mengkhawatirkan

Redaksi
Jumat, 2 Mei 2025 - 11:27
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Hari Pendidikan Nasional masih menyisakan pekerjaan rumah yang besar bagi Kementerian Kesehatan dan Pendidikan untuk menjaga kualitas anak dan remaja.

Pasalnya, Indonesia mendapat peringkat juara 2 di dunia dengan jumlah perokok anak paling banyak. Angka ini menjadi memprihatinkan, karena masih mudahnya akses rokok tembakau dan elektrik.

Dokter Benget Saragih, Ketua Tim Kerja Pengendalian Penyakit Akibat Tembakau dan Penyakit Paru, jumlah perokok usia 10–18 tahun terus meningkat secara signifikan dari 2 juta pada 2013 menjadi 4,1 juta pada 2018, dan melonjak menjadi 5,9 juta pada 2023.

Selain itu, penggunaan rokok elektrik pada kelompok usia 10-18 tahun juga meningkat dua kali lipat dibandingkan lima tahun sebelumnya.

"Anak dan remaja perlu dilindungi dari industri rokok dan rokok elektrik, karena mereka adalah generasi bangsa," ungkapnya, baru-baru ini.

Rokok, baik konvensional maupun elektrik, tidak hanya menjadi ancaman kesehatan, tetapi juga dipasarkan secara agresif kepada anak-anak dan remaja. Fakta ini menjadi perhatian serius para ahli dan pemerintah, mengingat lonjakan konsumsi tembakau di kalangan usia muda dalam satu dekade terakhir.

Siapa Target Industri Rokok?

Data dari Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa anak dan remaja memang menjadi sasaran utama industri rokok. Mengapa?

1. Remaja adalah penjamin keberlangsungan bisnis – Semakin dini seseorang mulai merokok, semakin besar peluang mereka menjadi perokok jangka panjang.

2. Investasi jangka panjang – Industri rokok memandang remaja sebagai pasar masa depan.

3. Loyalis – Konsumen muda cenderung sulit berhenti karena adiksi nikotin dan pengaruh sosial yang kuat.

Mengapa Rokok Diminati Anak dan Remaja?

Berbagai faktor mendorong anak dan remaja untuk mencoba dan kemudian terus merokok:

* Tekanan sosial dan pengaruh teman sebaya.
* Keinginan terlihat dewasa dan mandiri.
* Iklan rokok yang menarik dan menggambarkan gaya hidup keren.
* Rasa ingin tahu dan pencarian sensasi.
* Harga rokok yang murah dan akses yang mudah—terutama karena 71,3% remaja membeli rokok secara eceran (batangan), dan 60,6% di antaranya tidak dicegah saat membelinya.

Rokok Jadi Beban Ekonomi Keluarga

Tak hanya berdampak pada kesehatan, rokok juga menjadi beban ekonomi keluarga. Menurut data BPS tahun 2021, pengeluaran masyarakat untuk rokok menduduki peringkat kedua setelah beras, dengan persentase 11,30% di perkotaan dan 10,78% di pedesaan. Ini menunjukkan bagaimana rokok menyerap sumber daya ekonomi rumah tangga yang seharusnya bisa dialokasikan untuk kebutuhan penting seperti pendidikan dan gizi.

Strategi Pengendalian “MPOWER”

Untuk menekan angka konsumsi rokok, Kementerian Kesehatan menerapkan strategi MPOWER, yang merupakan pendekatan komprehensif dari WHO dalam pengendalian tembakau:

1. M (Monitor) – Pantau konsumsi dan kebijakan pengendalian tembakau secara berkala.

2. P (Protect) – Lindungi masyarakat dari paparan asap rokok, terutama di ruang publik.

3. O (Offer Help) – Optimalkan layanan berhenti merokok melalui Unit Berhenti Merokok (UBM).

4. W (Warn) – Berikan peringatan keras tentang bahaya merokok, baik melalui edukasi maupun peringatan pada kemasan.

5. E (Enforce) – Hapuskan iklan, promosi, dan sponsor dari industri rokok.

6. R (Raise) – Naikkan harga rokok melalui peningkatan cukai dan pajak, agar tidak terjangkau oleh anak-anak dan remaja.

Pada Hari Pendidikan Nasional ini (Hardiknas), fenomena kenaikan perokok muda bukanlah terjadi secara kebetulan. Ada strategi pemasaran yang masif dan sistematis di baliknya. Anak-anak dan remaja yang seharusnya dilindungi, justru menjadi sasaran utama industri rokok.

Benget menuturkan bahwa diperlukan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari paparan rokok dan mendorong generasi muda untuk hidup sehat tanpa tembakau.

Penulis : Redaksi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro