Bisnis.com JAKARTA -- Meski Indonesia merupakan negara kelautan yang sangat kaya akan jenis ikan yang beraneka ragam, tetapi mengkonsumsi ikan belum menjadi sebuah kebiasaan bagi masyarakatnya.
Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek mengatakan kenyataan tersebut dibarengi dengan data dari Kementerian Kesehatan yang menunjukkan masih tingginya angka balita yang mengalami stunting atau pendek bisa mengancam peluang tersebut. Stunting merupakan kondisi di mana perkembangan tinggi badan yang tidak optimal, yang akhirnya berdampak pada kualitas kecerdasan menjadi tidak seperti yang kita harapkan.
Data pemantauan status gizi (PSG) pada 2016 menyebutkan jumlah balita stunting mencapai 27,5%, di mana sangat pendek 8,5% dan pendek 19%. Sementara, target WHO adalah di bawah 20%.
Baca Juga 9 Cara Mengenali Pembohong |
---|
“Masalah stunting ini serius. Bayangkan, dari 10 anak 4 diantaranya tidak cerdas. Ini bukan yang kita inginkan. Kita ingin anak-anak Indonesia merupakan anak-anak yang sehat dan cerdas,” tuturnya seperti dikutip dari siaran pers, Senin (3/7).
Data tersebut juga menyebutkan kasus Balita stunting ditemukan di sebagian wilayah Indonesia, terutama di wilayah Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan dan Papua. Padahal di sana protein hewani ikan banyak sekali.
"Mungkin ada budaya yang harus kita cerahkan. Ada yang bilang bau anyir lah nanti kalau hamil, lalu ibunya tidak boleh makan apa-apa kalau habis melahirkan," ujar Menkes.
Baca Juga Harga Batubara Lanjutkan Reli |
---|
Untuk itu, Nila meminta masyarakat untuk mengubah mindset agar lebih senang makan ikan sehingga mendapatkan protein dari ikan. Seharusnya, ikan bisa jadi makanan utama bagi masyarakat karena memiliki protein tinggi bila dimasak dengan benar.
Berbagai jenis ikan, mulai dari jenis ikan bertulang belakang, ikan yang tidak bertulang (cumi, gurita), dan kerang-kerangan, menjadi kekayaaan yang melimpah di Indonesia, tidak hanya di lautan namun juga di perairan daratan, contohnya ikan lele, mujair, dan nila.
Secara umum komposisi protein hewani pada ikan sebenarnya tidak terlalu berbeda kandungannya dengan protein hewani lainnya. Namun, ikan dikatakan lebih menyehatkan karena lemak yang terkandung di dalam ikan bukan merupakan lemak jenuh. Sebagai salah satu sumber protein hewani, ikan mengandung asam lemak tak jenuh seperti, omega, yodium, selenium, fluorida, zat besi, magnesium, zink, taurin, serta coenzyme Q10. Selain itu, kandungan omega 3 pada ikan jauh lebih tinggi dibanding sumber protein hewani seperti daging sapi dan ayam.
“Lebih sehat ikan, bukan lemak jahat kalau bahasa awamnya. Ikan memiliki kandungan DHA, sementara daging sapi atau ayam tidak ada. Selain itu, ikan itu semuanya halal, dapat dikonsumsi semua usia," katanya.
Hal ini sejalan dengan pesan Presiden Jokowi bahwa peningkatan gizi menjadi sangat penting untuk mewujudkan generasi Indonesia yang sehat, kuat, cerdas dan berdaya saing global.