BISNIS.COM, MEDAN: Ketua Tour dan Travel (Asita) Sumut memperkirakan operasional Bandara Kuala Namu, Sumut bakal dapat membangkitkan pariwisata daerah ini dari ketertinggalan dengan daerah lain.
“Bandara Kuala Namu yang dirancang paling megah di Sumatra bakal mampu mendorong peningkatan pariwisata Sumut. Kuala Namu bakal menjadi hub dan mampu bersaing dengan Penang dan Kuala Lumpur,Malaysia,” ujar Ketua DPD Asita Sumut Solahuddin Nasution yang kembali terpilih menjadi ketua Asita Sumut periode 2013-2018 di Medan hari ini, Jumat (29/3/2013).
Menurut dia, Kuala Namu International Airport (KNIA) diyakini akan mampu mengembalikan kejayaan pariwisata daerah ini yang pernah diraih pada masa dekade 1980-an. “Waktu itu Sumut merupakan salah satu destinasi wisata dengan ikon Danau Toba yang masih eksostik dan bersih. Setelah itu, Sumut sudah tidak masuk lagi menjadi destinasi wisata nasional,” tuturnya.
Mengapa Sumut ditinggalkan para wisatawan? Menurut Solahuddin banyak faktor penyebabnya, a.l. tidak adanya penerbangan langsung Medan-Eropa, kurangnya perhatian pemerintah daerah untuk menata objek wisata, kemitraan antara pelaku wisata dan pemerintah daerah kurang optmial, dan lain sebagainya.
Satu hal, menurut dia, cara berpikir dan pola pandang petugas pemerintah di bandara KNIA nantinya harus dirubah. “Petugas yang ada di KNIA jangan lagi berlaku seperti petugas di Bandara Polonia. Cara pandang harus berubah. Wisman adalah raja dan tamu yang harus dilayani dengan bagus,” tuturnya.
Kalau pola pikir pemangku kepentingan terutama dari lingkungan pemerintah tetap seperti petugas yang ada di Polonia selama ini, dia mengatakan, Kuala Namu bakal sama dengan Polonia. “Paling yang membedakan hanya kemegahan dan daya tampungnya saja,” tutur Solahuddin.
Asita Sumut, kata dia, tetap berpikir positif dan melakukan pekerjaan mendatangkan turis dari mancanegara. “Kalau tidak pelaku usaha terutama biro travel mau makan apa?”
Ada, tidak ada pemerintah daerah, kata dia, anggota Asita tetap menjual paket wisata dan sebagian lagi menjual tiket pesawat.
Sementara itu, Wakil Ketua Bidang Promosi Wisata Asita Sumut CHJ Gultom menambahkan program kerja Asita daerah ini akan difokuskan pada dua hal yakni membenahi pelaku travel dan tiketing. “Sejumlah penerbangan yang bangkrut di Indonesia memberikan pelajaran berharga bagi pelaku pariwisata Sumut khususnya penjual tiket yang harus memendam uang di penerbangan yang bangkrut,” tuturnya.
Setidaknya, kata dia, pemerintah perlu menambah deposit perusahaan penerbangan yang mau membuka rute baru sebagaimana diberlakukan terhadap perbankan yang akan menambah cabang baru. “Kalau ada deposit penerbangan untuk setiap rute, para pelaku usaha travel mendapatkan perlindungan,” tuturnya.
Kasus pailit dan bangkrutnya penerbangan Adam Air beberapa tahun lalu, paparnya, masih menyisakan berbagai misteri dan masalah. “Pelaku pariwisata seperti biro perjalanan sama sekali kurang diakomodir kurator yang menangani bangkrutnya sebuah penerbangan.”