BISNIS.COM, JAKARTA -- Prof. DR. H. Sukamdani Sahid Gitosardjono meluncurkan buku karya terbarunya Wirausaha Berbasis Islam dan Kebudayaan sebagai bentuk kepedulian beliau terhadap dunia usaha, Islam dan kebudayaan.
Sukamdani mengatakan Islam sebagai ajaran sangat menekankan pentingnya akhlak mulia, baik kepada Allah SWT dan kepada para makhluknya, yaitu menunjukkan pentingnya kemampuan mengulurkan tangan untuk amal kebajikan dan menahan diri dari hal-hal tercela.
Sebagai ilustrasi, banyak orang yang kagum bahwa pada kesuksesan seseorang, tetapi tidak mau belajar dari proses dan dedikasinya dalam meraih kesuksesan, akibatnya melahirkan peniru tidak berkualitas yang secara cepat menduplikasi apa yang dicapai daripada bagaimana proses mencapai kesuksesan tersebut.
“Saya berpendapat, sukses merupakan hasil dari sebuah aktualisasi pelaksanaan dalam waktu yang tepat dari proses perencanaan yang panjang, dengan kata lain. Bagi saya jarang ada kesuksesan yang dihasilkan dari proses secara kebetulan, kalaupun ada mungkin merupakan keajaiban, atau mukjizat Allah SWT, atau kesuksesan memang sesuatu yang layak didapatkan sebagai buah dari kerja keras yang diridhai Tuhan Yang Maha Esa (YME),” ungkap Prof. Dr. H. Sukamdani Sahid Gitosardjono saat peluncuran buku Wirausaha Berbasis Islam dan Kebudayaan di Jakarta, Senin (20/5/203).
Pada intinya, isi buku Wirausaha Berbasis Islam dan Kebudayaan memuat empat hal pokok sebagai berikut:
A.ISLAM SUMBER KEBAJIKAN DAN KEMAKMURAN UMAT : Islam rahmatan lil ‘alamin, Islam dan budaya Indonesia sebagai dasar ‘pembentukan jati diri’, serta Islam sebagai ‘modal dasar pembentukan masyarakat madani’. Ilustrasi bagian ini ditunjukkan oleh cara penyebaran Islam yang dilakukan dengan cara damai, tidak memaksa pemeluk lain untuk masuk agama Islam, menghargai budaya yang tengah berjalan dan bahkan mengakomodasikannya ke dalam kebudaya-an lokal tanpa kehilangan identitasnya. Ternyata sikap toleran inilah yang banyak menarik simpatik masyarakat Indonesia pada saat itu untuk mengikuti ajaran Islam.
Walisongo adalah arsitek yang handal dalam pembumian Islam di Indonesia di abad XV-XVI yang mampu memadukan aspek-aspek spiritual dan sekuler dalam menyiarkan Islam, disamping tokoh bernama Cheng Ho, Laksamana armada kapal Tiongkok pada abad ke-15, yang mayoritas penduduknya beragama Tao dan Buddha telah melakukan pelayaran muhibah di nusantara untuk menyebarkan dan memperkenalkan agama Islam kepada penduduk setempat. Di Indonesia, cerminan Islam rahmatan lil ‘alamin dapat dilihat dari pergumulan Islam dengan kebudayaan setempat pada zaman Walisongo, di mana keramahan terhadap tradisi dan budaya setempat diramu menjadi wa-tak dasar budaya Islam Pesantren, sehingga menjadikan Islam begitu mudah diterima oleh berbagai etnis yang ada di Nusantara, karena ada kesesuaian antara agama baru (Islam) dan kepercayaan lama.
B.BUDAYA, SUMBER KEARIFAN DAN KEUNGGULAN BANGSA: Budaya Indonesia, peran budaya Indonesia dalam pembentukan sumber daya manusia Unggul, Berbudaya dan Islami, serta Tren Budaya Kekinian.
Ilustrasi bagian ini ditunjukkan oleh peran falsafah Jawa mengajarkan bahwa urip iku nguripi (hidup itu adalah menghidupi) yang sesuai dengan falsafah Tri Watak Budi Luhur; pengembangan jati diri praktis menggunakan falsafah Tri Dharma seperti rumangsa melu handarbeni (merasa ikut memiliki), wajib melu hanggodeli (wajib ikut mempertahankan) dan mulat sariro hangroso wani (selalu mengadakan koreksi diri); falsafahTri Pakarti Utama seperti ing ngarsa sung tuladha” (mampu memberi teladan), ing madya mangun marsa (mampu membangkitkan semangat bekerja dan berkreasi) dan tut wuri handayani” (mampu mendorong untuk maju); serta amanah untuk sukses dalam masyarakat sesuai falsafah “Panca Sesotya Jati”: filosofi, ekonomis, politis dan sosio-kultural.
Kesemua nilai-nilai yang telah diuraikan tersebut secara konkrit telah diterapkan dalam pelestarian nilai-nilai luhur budaya Bangsa Indonesia yang sesuai dengan prinsip kebersamaan, kegotongroyongan dan kekeluargaan.
C.PERTAUTAN ISLAM DAN BUDAYA DALAM PEMBENTUKAN JIWA KEWIRA-USAHAAN: Tumbuhnya usaha dan bisnis pada era penyebaran Islam di Indonesia, ‘pengusaha pejuang’ dan ‘pejuang pengusaha’, serta jiwa kewira-usahaan berbasis Islam. Ilustrasi bagian ini ditunjukkan oleh fenomena Ronggowarsito dalam serat Katilada, tentang zaman edan yang terjadi di Indo-nesia sebagai gambaran dari suatu bangsa besar yang memiliki peradaban adiluhung yang sedang dilanda kebingungan, ketidakmenentuan, kekacauan, atau menjadi bangsa yang kehilangan jatidirinya di abad ke-20 dan 21 ini.
Untuk itu, perlu dikembangkan prinsip-prinsip keseimbangan dinamik di dalam mengisi hidup terpuji dengan konsep 5C sesuai Serat Tripama (rasa kebersamaan dan kekeluargaan) dan Serat Wedhatama (kearifan lokal tentang ajaran budi luhur), yaitu : (1) Cinta sebagai sifat alami, meliputi cinta kepada profesi, cinta kepada perusahaan, cinta kepada keluarga dan cinta kepada kebenaran; (2) Citra yang sifatnya relatif, misal citra profesi pengusaha dan citra perusahaan; (3) Cahaya sebagai suatu titik tujuan hidup, yang dimulai dari lahir, berkarya dan kembali kepada Tuhan YME; (4) Cakrawala sebagai fatamorgana dalam menemukan kemuliaan lahir dan batin; (5) Cita–cita sebagai bentuk pencapaian pondasi yang terus dilanjutkan untuk tumbuh kokoh dan perkasa sepanjang jaman.
D.TANTANGAN DAN HARAPAN: Persaingan global dalam era globalisasi, serta berkarya dan memberi. Ilustrasi bagian ini ditunjukkan oleh firman Allah SWT yang menciptakan manusia di muka bumi sebagai khalifatullah, yaitu mempercayai dengan kemauan yang bebas untuk hidup menghidupi, untuk mencapai kemajuan material, memuat moral dan nilai-nilai etika yang telah ditetapkan-Nya dalam suatu keharmonisan (kepentingan diri dan masyarakat).
Dengan kata lain, walaupun agama Islam diturunkan di jazirah Arab, namun ke-nyataan menunjukan bahwa muaranya ada di Indonesia, sehingga Indonesia di-kenal sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.
Untuk menghidupkan jiwa kewirausahaan bisa dilakukan dengan cara mendorong timbulnya ide-ide dari hal-hal kecil, baik berupa kreativitas maupun inovasi yang ada disekitar kehidupan (kesadaran diri akan keterampilan, atau keahlian yang dimiliki) dalam mewujudkan mimpi yang sesuai tekad dan dari keyakinan diri.
Maka untuk membangun semangat dan budaya wirausaha di Indonesia diperlukan kemauan untuk belajar dari pengalaman negara dan bangsa lain yang telah berhasil, maka peran serta masyarakat adalah kunci penting dalam membangun kewirausahaan berdaya saing dengan memiliki karakter dasar seperti pantang menyerah, berani mengambil risiko, kecepatan dan fleksibilitas, serta kemampuan keluarga dalam mendidik anak-anaknya.