Bisnis.com, BAU-BAU, Sultra – Pemerintah berencana mengembangkan satu area wisata bahari yang saling terhubung di Kawasan Indonesia Timur, mengingat besarnya potensi keindahan bawah laut wilayah tersebut.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pengestu mengatakan selama ini banyak wisatawan yang menikmati keindahan bawah laut tetapi hanya berfokus pada satu wilayah tertentu,
Padahal, jika dalam perjalanan wisata dibuat rute yang lebih luas dengan membuat beberapa spot yang saling terhubung sekaligus seperti di Raja Ampat, lanjut ke Bunaken, Wakatobi, Buton, dan Pulau-Pulau lainnya, tentu akan menjadi lebih menarik.
“Kami akan mengembangkan wilayah ini (KTI) menjadi satu link area wisata bahari yang saling berhubungan sehingga wisatawan bisa tinggal lebih lama menjelajahi kawasan lainnya,” ujarnya, dalam jumpa pers di Bandara Bau-Bau, Sulawesi Tenggara, Rabu (21/8)
Selain itu, dengan adanya flow wisata bahari yang terintegrasi, potensi wisata bawah laut yang ada di daerah-daerah potensial lainnya pun akan ikut berkembang, tidak hanya pada satu wilayah saja.
Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam menambahkan wisata bahari memang menjadi salah salah satu potensi pariwisata yang ada di Sulawesi. Banyak terumbu karang, ikan-ikan, dan kekayaan bawah laut lainnya yang langka dan hanya ada di Indonesia.
Potensi tersebut pun, menurutnya tidak hanya di Wakatobi, tetapi juga terdapat di Pasarwajo (Buton) hingga ke Pulau Selayar, Takabonerate, dan Bira di Sulawesi Selatan.
Namun, selama ini kabupaten masih memacu daerahnya masing-masing, belum terintegrasi. Hal ini membuat jumlah wisatawan yang bekunjung ke Sulawesi Tenggara masih minim baru mencapai 6.000 orang per tahun.
Angka itu sangat minim bila dibandingkan dengan jumlah wisata dan luas potensi diving yang ada di beberapa pulau di Sultra yang masih alamiah. Tugas pemprov melakukan koordinasi dengan kabupaten kota agar bersama-sama mengembangkan sistem mulai dari skala kecil.
“Kami juga berharap ada rangsangan dari pintu gerbang seperti Bali agar sebagian wisatawan yang ingin menikmati bawah laut dapat ditarik ke sini, tetapi itu dapat dicapai dengan adanya kerjasama,” ucapnya dalam kesempatan yang sama.
Di samping itu, satu hal yang menurutnya penting dan harus diperhatikan oleh pemerintah ialah persolan infrastruktur sehingga integrasi wisata bahari di Indonesia Timur dapat terjalin. Sebab, seindah dan sebagus apapun potensi wisata yang dihidangkan, tanpa infrastruktur maka pengembangan pariwisata akan sia-sia.
“Link wisata bahari akan tumbuh dan berkembang, bila infrastruktur dan transportasi baik dengan menyediakan sarana pelabuhan serta akses yang mendukung.Oleh karena itu perlu adanya dorongan dari Kemenparekraf, Kementerian PU, Kemenhub, dan KKP bersama-sama menyiapkan dan mengembangkan ini.”