Show

Rekor Kolasal Tarian Buton

Dewi Andriani
Jumat, 23 Agustus 2013 - 11:29
Bagikan

Bisnis.com, BUTON - Berlatar belakang birunya teluk Pasar Wajo dan hijaunya pepohonan bukti di seberang teluk, siang itu, Kamis (22/8/2013) sebanyak 12.500 penari menampilkan tarian kolosal adat tradisional Buton.

Pertunjukan yang berhasil memecahkan rekor sebagai tarian kolosal dengan penari terbanyak tersebut, disajikan secara indah dan megah dihadapan Gubernur Sulawesi Tenggara, para bupati, masyarakat, dan wisatawan, termasuk sekitar 30 peserta Sail Indonesia Komodo.

Tari kolosal yang menjadi bagian dari Pagelaran Kesenian Budaya Tua ini merupakan kali pertama diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Buton, bertempat di satu areal khusus, Bukit Takawa, Pasar Wajo, Buton, Sultra.

Bukit Takawa yang berasal dari nama tiga desa sekitar yakni Takimpo, Kondowa, dan Wabula ini merupakan lahan baru yang dibuka oleh Pemkab dengan luas lahan 85 hektar.

Bupati Buton Samsu Umar Abdul Samiun mengatakan acara yang menyajikan budaya tradisional Buton ini diselenggarakan untuk membangkitkan kembali jiwa nasionalisme masyarakat Buton.

Dia juga berkomitmen akan menjadikannya sebagai event tahunan untuk menarik wisatawan berkunjung ke daerah tersebut.

"Budaya Tua Buton ini, juga merupakan bagian dari nusantara dan memiliki kekhasan tersendiri. Harapannya bisa melahirkan rasa memiliki Indonesia secara menyeluruh," tutur Umar di sela pagelaran tari, Kamis (22/8/2013)

Terdapat lima jenis tarian yang ditampilkan oleh 12.500 penari yang disajikan selama kurun waktu 50 menit.

Tari-tarian tersebut dilakukan secara bergantian dan diakhir dengan penggabungan seluruh penari kolosal dalam satu areal.

Bahakn atas prakarsa bupati menyelenggarakan pagelaran kolaborasi 5 tarian tradisional dengan 12.500 peserta, Buton berhasil memecahkan rekor MURI.

Pada penampilan pertama tampil sekitar 2.000 anak-anak lelaki yang menunjukan tarian Potimbe atau tarian perang.

Pertunjukan dilanjutkan dengan tarian Ponare yang juga merupakan tarian peperangan asli Buton. Tarian tersebut pun menampilkan 2000 penari anak-anak lelaki.

Di dalam tarian perang tersebut mereka membawa tongkat lengkap dengan perisai saling berperang dan menari dengan hentakan musik dan penuh semangat.

Setelah itu, sekitar 3.000 gadis remaja menunjukan kebolehannya dengan menampilkan tari Lawati. Tari ini merupakan sebuah tari penyambutan kepada para tamu agung pada jaman kesultanan.

Dengan diiringi lagu daerah Sope-Sope, para penari  membentuk konfigurasi perahu layar khas Buton yang menunjukan besarnya potensi sumber daya laut di Buton.

Penampilan kemudian digantikan oleh tari Kambero atau tari kipas yang ditampilkan secara memukai oleh para remaja putra putri Buton.

Diakhiri dengan penggabungan secara menyeluruh 4 tarian kolosal ditambah dengan tari Ngibi atau tari ritual dibawakan oleh tokoh adat yang menari dengan istri masing-masing.

Tari Ngibi merupakan jenis tarian yang diadakan pada saat pembukaan awal musim tanam dan pasca panen rutin dilaksanakan setiap 2 kali dalam setahun.

Tidak hanya menampilkan tarian, di dalam setiap tarian terdapat cerita dan nilai budaya yang disampaikan kepada masyarakat, khususnya warga Buton.

Penulis : Dewi Andriani
Editor : Fatkhul Maskur
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro