Bisnis.com, JAKARTA – Produksi film cenderung berasosiasi dengan anggaran dana yang tak sedikit, bahkan besar.
Namun ternyata, berbeda dengan film komersil, biaya pembuatan film dokumenter tidaklah terlalu besar.
“Untuk pembuatannya tidak memerlukan budgetyang besar, bahkan bisa tanpa modal, yang penting kemauan. Media apapun, seperti handphone dapat dijadikan alat merekam, tanpa harus kamera
besar,” ujar Ina Nisrina Has, Networking Director Bingkai Indonesia.
Namun, lanjutnya, memang standarnya dalam membuat film dokumenter, di luar berhubungan dengan production house, kurang lebih membutuhkan dana sekitar Rp45 juta - Rp50 juta.
Itu diluar biaya transportasi.
“Sebenarnya seperti orang travelling, apakah mau menggunakan cara backpacker atau yang mahal. Kalau mau take voice bagus, lensa keren, ya butuh dana sekitar itu. Intinya bukan pada hasil film itu apakah artistiknya bagus dan keren, akan tetapi lebih pada konten pesan yang ingin disampaikan,”
ujarnya.
Hal serupa juga disampaikan Voni Novita, Direktur StoS Film Festival 2014.
Pihaknya yang juga aktivis Jatam (Jaringan Advokasi Tambang) itu mengaku untuk pembuatan dua film
yang mengangkat tema lingkungan, anggaran yang dihabiskan sekitar Rp50 juta.
“Pengalaman kami pernah hanya menghabiskan sekitar Rp50 juta, dengan syarat tanpa membeli alat baru. Pengeluaran terbesar memang untuk operasional, apalagi kalau lokasinya jauh dan agak sulit dijangkau dengan transportasi umum, misalkan harus naik pesawat,ini harus diperhatikan,” tuturnya.
Sementara itu, Abetnego Tarigan, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mengatakan melalui pembuatan film dengan konten isu lingkungan, membuktikan bahwa semua orang bisa menjadi aktivis.
Baca selengkapnya di epaper Bisnis edisi Weekend 23 Maret 2014.
