Bisnis.com, JAKARTA- Dingin hambus angin ba isukan,batupi tanngui daun rumbia, asyik ba kayuh kiri wan kanan jukung balaju mambalah banyu,menuju pasar tarapung di Lok Baintan.
Sepenggal bait yang menceritakan aktivitas di pasar terapung Lok Baintan yang terletak di desa sungai Pinang, Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar, dilantunkan oleh remaja putri di tengah derasnya hujan menyambut kedatangan rombongan jurnalis dari berbagai wilayah Indonesia.
Tak peduli kedinginan, puluhan pedagang yang lebih didominasi kaum wanita tersebut tetap menawarkan dagangannya kepada kami saat tiba di lokasi.
Beraktivitas selepas subuh, puluhan pedagang mengayunkan kayuh di atas perahunya menyusuri pesisir sungai Martapura. Mereka datang dari berbagai desa, seperti sungai Lenge, sungai Bakung, sungai Paku Alam, sungai Madang, sungai Tanifah dan dari desa lainnya.
Bila dibandingkan dengan pasar terapung di muara Sungai Kuin/Sungai Barito, pasar terapung Lok Baintan terbilang unik. Di sini, transaksi tidak hanya dilakukan dengan menggunakan uang semata, bila terjadi kesepakatan sesama pedagang dapat melakukan tukar-menukar barang dagangan atau dikenal dengan istilah barter.
Bila Anda ingin berkunjung ke tempat ini, Anda dapat menggunakan perahu bermesin (kelotok) atau di sana dikenal dengan sebutan taksi air yang berpangkalan tepat di depan kantor
Bappeda Provinsi Kalimantan Selatan. Dibutuhkan waktu lebih kurang 30 menit untuk sampai ke lokasi.
Ongkos yang dikeluarkan pun tergolong murah bila Anda datang secara rombongan, cukup membayar Rp350.000 untuk 15 orang, Anda akan dimanjakan dengan pemandangan yang tak biasa sepanjang sungai Martapura. Selain menggunakan kapal kelotok, Anda juga bisa menggunakan transportasi darat, tetapi perjalanan yang ditempuh akan lebih lama yaitu 60 menit dengan medan yang dilalui agak berliku.
Lokasi yang tergolong jauh dari pusat kota pula lah yang mendorong PT XL Axiata Tbk (XL) mengenalkan Lok Baintan kepada masyarakat luas melalui program pelatihan dan pemanfaatan Internet kepada masyarakat terutama usia muda.
“Internet dan layanan seluler akan membuka keterisolasian sekaligus mendorong perekonomian suatu daerah. Melalui pelatihan ini, kami harapkan masyarakat Banjarmasin ikut aktif mempromosikan potensi wisata yang ada,” ujar Francky Rinaldo, VP XL North Region.
Kota Intan
Selain pasar terapung Lok Baintan, belum lengkap rasanya bila Anda tidak mengunjungi pendulangan intan Cempaka yang terletak di Kelurahan Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Banjarbaru, Kalimantan Selatan atau berjarak kurang lebih 47 kilometer dari Kota Banjarmasin.
Di situ Anda akan melihat pertambangan rakyat yang telah berlangsung sejak zaman kolonial tersebut. Dengan peralatan sederhana seperti dulangan yang berbentuk bulat kerucut yang terbuat dari kayu, tirak atau linggis, tangguk kecil yang dibuat dari anyaman rotan dan pompa air, belasan pria berusaha menemukan sebutir berlian.
Pada 1965, di lokasi pertambangan ini pernah ditemukan intan seberat 166,75 karat. Ukuran yang besar membuat Presiden Soekarno memberi nama intan tersebut dengan Intan
Mendulang intan bagi penduduk Desa Pumpung dan sekitarnya, merupakan mata pencaharian turun-temurun. Sayangnya, aktivitas pendulangan tersebut meninggalkan ‘bekas’ berupa lubang menganga berkedalaman hingga 15 meter yang tidak dimanfaatkan lagi.
Tak jauh dari lokasi, Anda akan menemukan lokasi pengolahan dan penjualan di pasar intan Martapura. Di situ, Anda bisa membeli perhiasan dengan ragam batu-batuan hasil kerajinan masyarakat setempat.
Khusus bagi Anda yang tertarik mengetahui dan mempelajari sejarah perjuangan rakyat Kalimantan Selatan, Anda bisa ke Museum Wasaka yang terletak di Gang H. Andir, Kampung Kenanga Ulu, Kelurahan Sungai Jingah, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin.
Museum ini berada di tepi sungai Martapura, berdampingan dengan Jembatan 17 Mei atau dikenal dengan Jembatan Banua Anyar.