Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia memiliki kuliner yang beragam di berbagai pelosok nusantara. Sayangnya, hanya segelintir yang sudah terdata. Sebagian besar hanya dikenal masyarakat setempat.
Pakar kuliner Nusantara, Arie Parikesit memperkirakan hanya 50% dari total kuliner di Indonesia yang sudah terdata.
“Terutama kuliner luar Jawa yang belum banyak terdata,” katanya di sela-sela Festival Jajanan Bango 2014, Sabtu (3/5/2014).
Dia memberi contoh daun pare yang hanya dikenal oleh masyarakat Palangkaraya, Kalimantan Tengah, sebagai salah satu jenis sayuran. Di Jawa, buah pare-lah yang banyak dijual di pasar.
‘Nasib’ sulur lengkuas setali tiga uang. Kebanyakan orang sekadar memanfaatkan umbinya. Namun, di kalangan suku Dayak di Kalteng, sulurnya menjadi bahan juhu, sayur kuah. Belum lagi umbut rotan (rotan muda), umbut kelapa (inti/bongkol pohon kelapa) dan manggar (bunga kelapa).
“Alam sudah sediakan. Segala yang enggak kita pikirkan untuk jadi makanan, bisa jadi makanan,” tuturnya.
Untuk itulah, Arie memimpin kegiatan Ekspedisi Warisan Kuliner Nusantara untuk merekam dan mengumpulkan data kuliner di Tanah Air.
Aktivitas yang digagas oleh PT Unilever Indonesia Tbk - produsen Kecap Bango - ini merupakan sebuah perjalanan menelusuri kekayaan kuliner di Indonesia Barat (Sumatra-Kalimantan), Indonesia Tengah (Jawa, Bali dan Madura) dan Indonesia Timur (Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Papua).
Kegiatan yang akan mengunjungi 100 kota di 34 provinsi ini berlangsung mulai April hingga Agustus. Hingga awal Mei, sudah 8 kota yang dikunjungi dan tim mengumpulkan 140-150 menu makanan.