Bisnis.com, BANDUNG—Ada yang berbeda dan menarik ketika satu pagelaran busana digelar pada lokasi yang tidak biasanya seperti hotel, convention, atau mal.
Pada Rabu Malam (17/12/2014), Ikatan Perancang Busana Muslim (IPBM) menggelar sebuah pagelaran busana di Museum Konferensi Asia Afrika, Bandung.
Rupanya, Museum KAA dipilih agar sesuai dengan temanya yang bertajuk Asian-African Cultural Fusion. Para designer yang terlibat dalam perhelatan rangkaian ulang tahun IPBM ke-18 tersebut ditantang untuk memamerkan rancangan dengan corak budaya negara Asia dan Afrika.
Para model menampilkan 84 outfit dari 12 desainer busana muslim yaitu A. Zaki, Iva Lativah, Toera Imara, Iesye Asyifa, Anti Dewi, Ani Setiani, Erin Ugaru, Lisma Gumilar, Ernie Kosasih, Irni Resmi, Henny Noer, dan Metta Fauzan.
Ketua Panitia Acara Toera Imara mengungkapkan pagelaran busana di Museum KAA ini merupakan salah suatu yang berbeda dari pagelaran biasanya yang ditampilkan di hotel atau gedung convention.
"Kami desain khusus kali ini mengangkat tema kultur Asia-Afrika dengan pelaksanaan di Museum KAA, Bandung. Secara tidak langsung, IPBM ditantang untuk menembus birokrasi Kemenlu dan Pemprov Jabar untuk bekerja lebih keras memperoleh izin, dengan mengangkat misi budaya melalui fashion," katanya.
Secara desain sendiri, Toera mengungkapkan ini dapat menjadi jalan bagi para desainer yang ingin berusaha menjadikan Indonesia sebagai kiblat mode muslim dunia. Tidak perlu terlalu jauh melihat bagaimana perkembangan busana muslim di Eropa, tetapi banyak yang dapat dilakukan para designer untuk melengkapi model yang dikembangkannya dengan memasukan unsur-unsur yang ada pada negara-negara di Asia-Afrika.
Kultur, sosial budaya, seni bangunan tinggi serta sejarah negara-negara Asia-Afrika diharapkan dapat mentransfusi karya-karya yang ditampilkan seniman busana muslim di Indonesia. Lewat muatan tendensi tersebut, para designer mengemas sendiri model masing-masing pakaiannya dengan meramu dan menjadikannya sebuah inspirasi yang sempurna.
Dia memberi contoh, ketika desainer mendesain model yang berhubungan dengan Negara China, perancang diharapkan dapat memperlihatkan bahwa desain dari Negeri China yang estetik dan bereksotik tinggi ternyata tidak menutup kemungkinan untuk masuk ke tren mode barat.
"Jika fashion show tahun sebelumnya, mengangkat tema bebas dengan tren desain yang sesuai masanya, kali ini diharapkan desainer dapat beralkuturasi dan berfusi dengan negara-negara di Asia-Afrika. Misalnya ketika mengangkat Negara China, tetapi desainer masih dapat mengaitkannya dengan Cirebon yang menjadi tempat tinggal banyak keturunan China melalui bahan atau kain dan modelnya."
Selain itu, pagelaran busana ini juga diharapkan dapat membuka wawasan para designer untuk melihat bagaimana peluang tren dan mode di negara-negara luar, khususnya bagi designer yang masih jauh dalam jangkauan tersebut. Namun Toera menilai hal ini sekaligus juga menjadi tantangan karena kekhawatiran akan desain yang monoton dari setiap negara yang ditampilkan.
Terdapat juga peluang pasar yang lebih luas, terlebih acara tersebut juga dihadiri oleh para duta besar seperti dari Malaysia, Thailand, Singapura, Arab Saudi, Uzbekistan, dan Indonesia.
“Ada tantangan dan peluang di sini. Namun, seperti yang sudah dikatakan, ketika hubungan diplomatic negara dari politik cukup keras, mungkin seni dan fashion dapat membuatnya lebih lunak,” katanya.