Bisnis.com, JAKARTA - Penasaran merasakan sensasi berenang bersama ubur-ubur di sebuah danau purba yang luas, beratapkan langit biru bersih tanpa cela, dan berselimutkan pemandangan indah menyegarkan?
Tidak perlu jauh-jauh terbang ke belahan bumi lainnya karena Anda dapat merasakannya di sini, di halaman tanah air tercinta Indonesia. Tepatnya di gugusan Kepulauan Derawan, perairan Kalimantan Timur yang nyaris berbatasan dengan wilayah Malaysia, terdapat sebuah danau purba yang telah berusia ribuan tahun. Ke sanalah saya dan beberapa teman sepermainan melewatkan waktu liburan kami, belum lama ini.
Pulau Kakaban. Begitu namanya. Dibandingkan dengan destinasi wisata pulau lainnya seperti Bali, Gili, Raja Ampat, Kepulauan Seribu, hingga Mentawai ataupun Pulau Komodo, nama Pulau Kakaban memang nyaris tak terdengar. Orang pun lebih familiar dengan nama Derawan yang menjadi pulau utama dan terbesar dari gugusan pulau-pulau terdekat Kakaban.
Namun, pesona keeksotikannya sama sekali tidak kalah dari pulau-pulau yang sudah lebih dulu popular itu. Kakaban memang pulau tidak berpenghuni. Kalaupun ada penghuninya, mereka adalah flora dan fauna eksotis yang tergolong langka. Para wisatawan yang hendak berkunjung ke Kakaban, umumnya menginap di Pulau Derawan yang berjarak tidak terlalu jauh.
Untuk sampai di Kakaban, kami menyewa perahu kayu nelayan yang telah dilengkapi dengan motor penggerak.
Cerita tentang Kakaban adalah cerita tentang pesona keindahan alam ciptaan sang Maha Kuasa yang tak terbilang. Mulai dari perjalanan menuju pulau, saat menjejak pulau, saat menyusurinya, hingga saat menemukan danau purba tersembunyi jauh di tengah pulau.Waktu masih pagi saat kami menaiki perahu dan meninggalkan Derawan untuk menuju Kakaban.
Semburat sinar mentari terasa hangat menyela tiupan angin yang masih dingin. Perjalanan menyusuri perairan Kepulauan Derawan dengan menggunakan perahu nelayan lokal itu hanya memakan waktu beberapa puluh menit.
Langit biru tanpa cela dengan sedikit sapuan awan putih memayungi perjalanan kami. Lautan luas tampak biru dan dalam. Sekawanan lumba-lumba melintasi jangkauan pandang kami. Hanya selintas kemudian melanjutkan perjalanan kembali.
Semakin mendekati pulau, lautan di bawah kami semakin bening bagaikan kaca kristal. Beberapa biota laut di bawahnya tampak jelas dan terlihat sangat dekat.
Menari-nari, bergoyang-goyang, diayun-ayun oleh gelombang. Warna-warni di dalam air bening yang memikat. Rasanya ingin segera lompat saja.
Setelah berenang-renang sejenak untuk menikmati air laut yang bening dan hangat, kami melanjutkan perjalanan yang tinggal ’sekelemparan batu’ menuju daratan Kakaban. Tampak sebuah dermaga kecil untuk menambatkan perahu. Kami pun menepi. Dengan semangat dan hati riang, kami melompat dari perahu.
Kakaban adalah sebuah pulau seluas 774,2 ha yang terletak di wilayah Kepulauan Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Pulau kecil ini sangat unik karena tepat di tengah-tengahnya terdapat danau purba yang konon telah berusia jutaan tahun.
Dari dermaga di sisi pulau, perairan di hadapan mata tampak bening memesona berwarna biru bergradasi hijau toska. Kami pun berjalan memasuki pulau, menembus hutan, menyusuri jalan setapak yang licin dan berundak-undak. Terdapat lebih dari seratus undakan yang harus kami lalui. Pada jarak-jarak tertentu, undakan terlihat lebar sehingga pengunjung dapat transit sejenak.
Perjalanan menanjak itu membawa kami ke sebuah titik puncak. Kami pun tertegun. Sebab, dari titik itu, kami dapat melihat perubahan lanskap alam, dari sebelumnya hutan rapat dengan pohon-pohon menjulang berganti menjadi hamparan danau yang bagai dipeluk erat rimbunnya pepohonan. Di atasnya, langit biru terhampar luas. Sungguh memesona. Rasanya tak habis-habis keinginan mata ini untuk melahap pemandangan di hadapan.
Tak sabar kami menuruni undakan menuju tepian danau. Danau yang dinamai sama dengan pulau tempatnya berada ini terbentuk dari air laut yang terperangkap di tengah pulau sejak 2 juta tahun lalu.
Karakteristik airnya unik karena merupakan campuran antara air laut yang terperangkap selama jutaan tahun plus air dari dalam tanah dan air hujan.
Rasanya sedikit payau namun tetap segar. Luas danau mencapai 5 km persegi. Sekelilingnya berdinding karang terjal setinggi hingga 50 meter sehingga air laut yang terperangkap tidak dapat keluar dan berkumpul menjadi danau.
Selain lokasi dan sejarahnya yang unik, danau ini pun memiliki biota endemik khas yang tidak ditemui di danau-danau lainnya di dunia. Salah satu biota unik itu adalah ubur-ubur. Terdapat ribuan ubur-ubur berenang-renang di sekeliling danau. Saking banyaknya, warga lokal sering menyebut Danau Kakaban sebagai danau ubur-ubur.
Ubur-ubur ini sebetulnya merupakan biota laut yang turut terperangkap di dalam air danau selama berjuta-juta tahun. Perubahan karakteristik air laut yang berevolusi menjadi air danau turut memengaruhi perilaku kawanan ubur-ubur demi mempertahankan hidup.
Berbeda dengan ubur-ubur yang hidup di laut, ubur-ubur penghuni Danau Kakaban ini tidak menyengat dan tidak beracun.
Secara umum, ubur-ubur yang ada di danau ini terdiri dari empat jenis. Salah satunya, dan yang paling banyak ditemui adalah jenis cassiopea. Tubuhnya yang kenyal bagaikan lampion yang bercahaya dalam kegelapan air danau.
Berenang dan menyelam di danau ini, waktu serasa berhenti. Kami merasa tersihir oleh pesona lanskap alam danau purba dan ribuan ubur-ubur yang seolah-olah menari-nari dengan menawan. Tenang namun seperti berirama.
Namun, berenang di Danau Kakaban harus berhati-hati. Jangan terlalu agresif bergerak karena salah-salah, justru bisa mencederai ubur-ubur yang berlalu lalang sangat dekat dengan kita. Ubur-ubur mempunyai daging yang lembek dan rapuh apabila tersenggol anggota tubuh ataupun peralatan yang dikenakan.
Indonesia patut berbangga memiliki Pulau Kakaban dengan Danau Kakaban di dalamnya. Di dunia ini, hanya ada dua danau ubur-ubur yakni di Kakaban dan di Kepulauan Micronesia di kawasan tenggara Laut Pasifik.