Bisnis.com, YOGYAKARTA - Dalam rangka menyambut hari kemerdekaan yang kerap diwarnai hiruk pikuk nasionalisme, Kedai Kebun Forum (KKF) menggelar pameran yang mengajak pengunjungnya untuk istirahat sejenak dari narasi itu.
Bertajuk Istirahat di Tempat, 17-an dan Bagaimana Kita Merayakannya, pameran yang menggandeng sejumlah seniman muda itu digelar selama tiga pekan (16/8-2/9).
"Pameran ini tidak ingin mendefinisikan apa itu nasionalisme, di antara narasi ultranasionalisme yang semakin gencar, pameran ini ingin mengajak kita untuk istirahat sejenak dari narasi tersebut dan melihat lagi benar atau tidaknya narasi itu," ujar kurator pameran, Sita Maghfira pada pembukaan pameran, Sabtu malam (15/8).
Dalam proses kurasinya, Sita mengajak empat seniman muda (yang lahir pada 80-an akhir dan 90-an awal) untuk memeriksa perayaan kemerdekaan Indonesia.
Keempat seniman itu adalah Ahadi Bintang, Diodoran, Haryo Hutomo, dan Yudha Fehung. Sebagai sebuah momen, 17-an tidak saja dirayakan oleh agen yang berbeda (Negara, korporasi, dan warga) lewat berbagai cara.
Menurut Sita, ia juga disertai dengan beragam narasi yang dibawa oleh masing-masing agen. "Hal itulah yang coba dikaji dan direspon oleh seniman yang terlibat sesuai dengan pendekatan mereka masing-masing," katanya.
Dalam strategi artistiknya, secara umum, para seniman melakukan pendekatan visual sekaligus performatif. Sita menilai kecenderungan ini tampak erat dengan kenyataaan bahwa 17-an sebagai sebuah momen juga memiliki kekhasan serupa.
Selain itu, lanjutnya, ada gelagat intervensi dalam karya-karya para seniman. Intervensi hadir baik pada bagaimana karya tersebut dikerjakan, pun pada konsep yang diusung oleh masing-masing karya.
"Dalam karya-karya mereka, ada kesan bermain dengan beragam praktik perayaan 17-an juga dengan narasi yang hadir dalam praktik-praktik tersebut," ungkap Sita.
Pemilihan judul Istirahat di Tempat bukan tanpa alasan. Sita memaparkan, Istilah istirahat di tempat, dalam memori kolektif kita, adalah salah satu aba-aba dalam peraturan baris-berbaris. Istilah ini sedikit banyak mengingatkan pada praktik upacara bendera yang juga lekat dengan 17-an.
Dalam upacara bendera, aba-aba istirahat di tempat diberikan kepada seluruh peserta upacara saat pembina upacara akan menyampaikan amanatnya. Sebagai peraturan dalam baris-berbaris, ada sikap sempurna yang dituntut dari posisi istirahat di tempat. Dalam sikap sempurna itu, peserta upacara semestinya mendengarkan amanat dengan khidmat.
Namun, dari kenangan tentang upacara bendera, dia melihat istirahat di tempat justru jadi posisi yang paling memungkinkan bagi peserta upacara untuk melakukan kenakalan-kenakalan sederhana; untuk berbincang tentang hal lain di saat amanat sedang disampaikan, misalnya. Istirahat di tempat juga bisa dimaknai dipakai dalam konteks makna konotatifnya.