Tingkat Kesulitan dan Tantangan
Jika dibandingkan dengan fotografi di atas darat, sesi pemotretan bawah air untuk ibu hamil memiliki tingkat kesulitan dan tantangan tersendiri. Lebih sulit dan lebih menantang lagi jika sesi pemotretan ibu hamil dilakukan di bawah laut. Selain ada potensi ‘gangguan’ dari perubahan kondisi laut seperti arus, cuaca, kejernihan air, masih ada peluang ‘gangguan’ dari makhluk laut lain serta dari ibu hamil itu sendiri.
Oleh karena itu, sejauh ini fotografi bawah air untuk ibu hamil masih dilakukan di dalam kolam renang. Maternity photography yang dilakukan di kolam lebih marak dilakukan selain karena investasi peralatan relatif lebih murah, tingkat keamanan juga lebih baik jika dibandingkan dengan sesi pemotretan di bawah air laut.
Tingkat keamanan merupakan yang paling utama dan krusial dalam memotret ibu hamil di bawah air. Denny menuturkan suasana sekitar kolam renang seringkali berair dan licin. Oleh karena itu, sang ibu hamil yang menjadi model pemotretan harus mendapatkan perhatian, harus dituntun, dan dijaga.
“Mulai dari mengganti pakaian, sesi pemotretan, sampai mandi dang anti pakaian lagi harus dilakukan dengan sabar dan tidak terburu-buru. Kami sangat tidak menginginkan adanya kecelakaan,” katanya.
Ibu hamil yang hendak melakukan pemotretan bawah air harus memiliki riwayat kesehatan yang baik dan diizinkan oleh pasangan dan dokternya. “Kami juga meminta dokter agar menyiapkan obat untuk preventif jika terjadi kontraksi pada saat pemotretan,” ujar Marta.
Usia kehamilan juga menjadi perhatian yang tidak boleh dikesampingkan. Jika Marta merekomendasikan usia usia kandungan lima bulan sampai maksimal tujuh bulan untuk sesi pemotretan, Denny masih merekomendasikan usia kandungan delapan bulan untuk mendapatkan momen ‘maksimal’ perut yang membuncit.