Koleksi kebaya Marga Alam di JFFF 2015/JIBI-Duwi Setiya Ariyanti
Fashion

Kebaya Boleh Dikreasi Macam-macam Tapi Jangan Sampai Lupa Pakem

Ipak Ayu H Nurcaya
Minggu, 29 November 2015 - 14:21
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Berawal dari hobi membeli kain ketika bersinggah ke daerah, seorang Media Relations dan Translator Tuti Marlina mulai memikirkan cara yang tepat untuk dapat mengenakannya. Satu hari teman kantornya, Kristin Samah datang untuk menjemputnya berangkat ke kantor bersama.

Tuti terkejut melihat Kristin yang nyaman mengenakan kebaya kala itu. Seketika dia meminta Kristin untuk menunggu dan dia pun berganti dengan baju kebaya.

“Sejak saat itu [Oktober 2014] saya mulai setiap hari menggunakan kebaya, saya jadi tahu kain-kain yang selama ini saya kumpulkan harus dijahit untuk kebaya,” kata Tuti saat mengunjungi Bisnis pekan ini.

Kini Tuti dan Kristin menjadi bagian dari pendiri Komunitas Perempuan Berkebaya yang didirikan sejak Desember tahun lalu. Bersama rekan lainnya, komunitas ini aktif untuk mengkampanyekan bahwa menggunakan kebaya dapat dilakukan setiap hari saat apapun dan kapanpun.

“Jangan salah lho, kami pernah ke Gunung Perahu pakai kebaya,” kata Kristin.

Dia menambahkan pengalamannya mengajak perempuan menggunakan kebaya bukanlah hal yang susah terutama pada kalangan seusianya. Menurutnya tidak ada perempuan yang tidak suka dengan kain daerah yang Indonesia miliki.

Dengan komunitas ini, Kristin menangatakan banyak yang tiba-tiba langsung tersadar dengan berbagai koleksi kainnya untuk segera dijahit. Tak jarang pula yang menjadikan kebaya sebagai kenangan masa lalu, saat kecil diasuh oleh nenek atau ibu yang lekat dengan kebaya setiap harinya.

Lebih jauh menggunakan kebaya hari ini telah menjadi kegiatan yang penting untuk menjaga dan melestarikan budaya. Batik yang telah diakui UNESCO sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia harus disusul dengan model baju yang telah ada jauh sejak zaman Nusantara belum merdeka ini.

“Komunitas ini mencoba kembali menyadarkan seluruh perempuan Indonesia untuk kembali pada khasanah budaya yang kita miliki sendiri. Memulai bisa pelan-pelan, tidak perlu setiap hari seperti ini,” kata Kristin.

Kemudian pakem untuk memakai kebaya juga harus diperhatikan, Kebaya adalah model baju yang memiliki kancing depan dengan varian bentuk baik kutu baru, kartini maupun encim. Pada zaman dahulu, kebaya selalu dekat dengan kain batik sebagai pasangannya.

Kebaya modern boleh saja membuat varian kreasi barunya. Namun, menurut Kristin pakem dasar kebaya harus tetap menjadi perhatian utama.

“Kan sekarang banyak yang bilang baju kebaya padahal lengannya cuman satu atau kerah yang menjulang di bagian belakang baju. Nah, itu harus diperhatikan, boleh modifikasi tapi kalau sudah terlalu berubah mending tidak usah dibilang kebaya,” kata Kristin.

Permasalahan lain tentang kebaya yang saat ini dekat dengan masyarakat yakni kebaya bukanlah pakaian yang sopan menurut Agama Islam karena modelnya yang membentuk badan. Bahkan, kebaya juga diidentifikasikan sebagi simbol Jawanisasi.

“Ke depan kami ingin membuat kajian yang ilmiah tentang kebaya ini. Namun, sejauh ini masyarakat yang tidak mau pakai kebaya karena tidak sesuai dengan Islam dan Jawanisasi. Padahal banyak model kebaya yang bisa dibuat longgar dan kebaya dipakai hampir diseluruh masyarakat Indonesia tidak hanya Jawa,” kata Kristin.

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro