Bisnis.com, JAKARTA - Kista merupakan suatu tumor jinak yang dapat menghinggapi sistem reproduksi perempuan. Biasanya, dokter akan menggunakan alat ultrasonografi (USG) untuk mendeteksi keberadaan kista pada tubuh seseorang.
Namun, saat ini dokter juga sudah dapat mendeteksi endometriosis atau kista coklat melalui darah haid, terutama bagi perempuan yang belum menikah. Kendati belum populer, cara tersebut telah dipraktikkan di RSCM Kencana untuk para perempuan muda yang belum menikah.
Dalam pelaksanaannya, pasien cukup mengumpulkan pembalut yang sudah dipakai, dan dari pembalut tersebut dokter akan mendapatkan sampel yang cukup untuk mendeteksi adanya endometriosis.
“Pada perempuan yang belum menikah, sulit untuk melakukan pemeriksaan dengan USG lewat vagina, sehingga cukup dengan melihatnya lewat darah haid,” kata Manajer Riset dan Pelayanan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Budi Wiweko.
Deteksi kista coklat lewat darah haid telah teruji pada penelitian yang dilakukan terhadap pasien. Menurutnya, perempuan yang menderita endrometriosis memiliki serabut-serabut saraf pada darah haid yang menyebabkan rasa nyeri saat menstruasi.
Kista coklat adalah suatu jenis tumor jinak. Kista ini disebut kista coklat karena ada darah yang menumpuk dengan warna merah kecoklatan hingga gelap. Faktor risiko utama penyakit ini adalah faktor genetik, dan selanjutnya disusul oleh faktor gaya hidup dan polusi.
Pria bergelar Dokter Spesialis Obstetri Ginekologi ini menjelaskan jika seseorang telah memiliki faktor genetik—misalnya memiliki ibu yang pernah menderita endrometriosis—kemudian dia menjalani gaya hidup tidak sehat, gen tersebut akan ‘menyala’ sehingga dapat menimbulkan penyakit yang sama yaitu endometriosis.
Di sisi lain, jika seseorang yang memiliki faktor genetik tersebut mampu menjaga gaya hidupnya tetap sehat, maka gen tersebut mungkin saja tidak akan ‘menyala’ sehingga terhindar dari endometriosis.
Endometriosis pernah dijumpai pada perempuan berusia 12 tahun-13 tahun. Sebagian besar pasien mengalaminya di usia produktif.
STEM CELL
Saat ini juga tengah dilakukan penelitian tentang keberadaan stem cell pada darah haid. Stem cell adalah sel punca atau sel induk.
Penggunaan stem cell sebagai pengobatan di Indonesia sudah berjalan misalnya untuk mengatasi kerusakan tulang rawan pada bagian lutut. Namun, penggunaan stem cell yang berasal dari darah haid masih sebatas penelitian sehingga belum bisa diterapkan. “Saat ini sedang diteliti berapa banyak stem cell yang ada pada darah haid,” katanya.
Stem cell tersebut nantinya dapat bermanfaat untuk mengobati pasien yang mengalami gangguan pada dinding rahim karena infeksi atau kuret. Dengan menggunakan stem cell, dinding rahim berpotensi menebal kembali.
Pengobatan dengan menggunakan stem cell tergolong baru di bidang kedokteran karena mulai muncul di dunia sekitar 1998. Di Indonesia, pengobatan menggunakan stem cell atau disebut juga sel punca atau sel induk mulai berkembang pada 2006.
Meskipun begitu, masih banyak masyarakat Indonesia mengira, pengobatan dengan stem cell belum dapat dilakukan di negara ini, sehingga banyak pasien lari ke luar negeri.
Saat ini, di Indonesia cukup banyak universitas negeri yang melakukan penelitian terkait stem cell. Stem cell diyakini memiliki banyak manfaat yang harus diteliti agar terbukti kebenarannya. Selain dari tubuh pasien sendiri, stem cell sebetulnya dapat diambil dari sumber lainnya seperti donor hingga embrio.