Bisnis.com, JAKARTA - Kita tak akan pernah belajar berani dan bersabar, bila hanya ada kesenangan belaka di bumi. (Helen Keller).
Seorang kawan bercerita, bagaimana sengsaranya waktu terjebak kemacetan dalam liburan akhir tahun 2015. Soal kemacetan parah itu bukan hal yang mau saya sampaikan.
Yang menjadi catatan disini adalah pujian sang istri kawan terhadap sang suami, “ Hebat dia Mas. Macet yang nyaris tak bergerak itu tak sedikitpun membuat dia marah. Dia coba terus asyik putar musik, atau sesekali ngobrol, atau baca-baca buku. Kita semua yang ikut di mobil itu jadi enak.
Ini adalah soal sabar menunggu atau mengantre sesuatu.
Seorang kawan lain, sedikit terkejut melihat rapor anaknya yang didominasi angka-angka merah. Namun, hebatnya sang kawan ini, dia merespons sangat positif. Dia sampaikan kepada sang anak, “ Kamu tahu, papa tidak senang dengan hasil rapormu. Kamu juga tahu, ini nantinya akan membuat kita semua sulit di kemudian hari. Perbaiki ya ... “.
Ini soal sabar menerima musibah.
Contoh lain soal sabar menjalani musibah : Ada dua orang kawan saya yang sedang mendapat musibah yang sama. Menderita stroke karena darah tinggi.Keduanya dalam kondisi nyaris sama. Tidak bisa berjalan, sudah harus menggunakan kursi roda.
Perbedaannya : yang satu sabar, yang satu marah-marah terus. Yang satu bisa menerima kondisinya dengan sabar (dan dengan ikhlas dan bersyukur). Yang satunya lagi hidup dengan kemurungan dan uring-uringan tiada henti.
Jauh dari sikap sabar dan ikhlas.
Yang kedua ini dikhawatirkan oleh sang keluarga akan berpotensi mendapat penyakit tambahan lebih berat : depresi.
Sabar dalam versi lain adalah sabar dalam memperjuangkan sesuatu. Ini adalah sabar yang aktif, sabar yang mengarah kepada ketelatenan, keuletan dan kegigihan. Si Boy sangat sabar melakukan PDKT terhadap gadis pujaannya. Padahal si Boy tahu, sang gadis tak menyukainya. Dengan segala perjuangan dan doanya, pada ujungnya si gadis pun menyerah. Takluk ke dalam pelukan Boy dan bersedia menjadi pacarnya.
Kebahagian adalah keterampilan berpikir untuk senantiasa nyaman-tentram-damai.Kebahagiaan bukanlah berarti tiadanya masalah.
Kebahagiaan adalah keterampilan untuk merespons dan menyikapi masalah. Merespons dan menyikapi masalah dengan benar, yang akhirnya menumbuhkan kondisi nyaman-tentram damai, adalah dengan terus mempraktikkan kebiasaan bertabiat sabar, ikhlas, dan syukur.
Sabar adalah suatu sikap menerima dengan ikhlas suatu kondisi buruk yang menimpa (sabar pasif), atau suatu ketelatenan, keuletan dan kegigihan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (sabar aktif).
Sabar berkorelasi dengan ikhlas, karena hakikatnya bila terjadi suatu kondisi buruk menimpa, itu berarti terjadi suatu pengurangan terhadap kenikmatan atau kesenangan yang selama ini telah dirasakan.
Sabar menerima kondisi terkena penyakit stroke adalah suatu sikap ikhlas bahwa yang sebelumnya hidup sehat nan nyaman, sekarang tidak lagi sepenuhnya nyaman karena berkurangnya kondisi sehat karena stroke.
Menderita kekurangan atau kehilangan sesuatu dan disikapi secara positif, itulah hakikat ikhlas. Dan dalam konteks inilah sabar dan ikhlas itu ‘beririsan’ satu sama lain, ada interseksi (intersection) satu sama lain.
Untuk menikmati bahagia atau kondisi pikiran nyaman-tentram-damai, sabar adalah salah satu faktor utama yang diperlukan. Karena sesuai hukum alam, “ Kita tak akan pernah dapat merubah arah angin. Yang mampu kita lakukan adalah menyesuaikan layar perahu kita “.
Alam dengan segenap kekuatannya adalah suatu kekuatan di luar kendali kita. Kita sudah berusaha mengendarai motor dengan hati-hati, ternyata diseruduk metromini yang ugal-ugalan. Kita menjadi korban, kita terluka.
Hukum alam pula yang berlaku, bahwa segala sesuatu berpasang-pasangan. Ada siang ada malam. Ada susah ada senang. Oleh karena itu Helen Keller mengatakan, “ Kita tak akan pernah belajar berani dan bersabar, bila hanya ada kesenangan belaka di bumi “.
Tidak ada dalam kamus kehidupan, bahwa tidakadasatu orang pun dari tujuh miliar penduduk bumi ini akan terus-menerus mendapatkan kesenangan. Suatu kali kesusahan akan menjelang. Itu sudah pasti.
Menjalaninya agar nyaman-tentram-damai, bersabar adalah pilihan sikap paling baik dan menyehatkan. Bila kesusahan datang dalam bentuk perlakuan atau tindakan orang lain yang mendzalimi kita, sabar adalah respons terbaik kita.
“Bersabarlah dan memahami. Hidup ini terlalu singkat untuk dendam dan dengki,” kata Phillips Brooks.
Betapa bahwa faktor kesabaran ini adalah hal yang utama dalam usaha mengarungi hidup dengan selalu bahagia, terlihat dari adanya suatu pelatihan-pelatihan profesional yang kini makin banyak dijual sebagai suatu ilmu manajemen kehidupan. Ilmu itu kondang disebut sebagai ilmu ‘pengelolaan amarah’ atau anger management.
Amarah atau anger dalam Bahasa Inggris sangat dekat dengan kata danger, juga Bahasa Inggris yang berarti bahaya.
Bahaya, karena kemarahan adalah lawan dari kata kesabaran. Bahaya karena kemarahan akan memusnahkan akal sehat yang berpotensi menumbuhkan ucapan atau tindakan yang merusak.
Satu wanti-wanti disampaikan oleh John Dryden, “ Berhati-hatilah dengan kemarahan seorang penyabar “. Karena kemarahan penyabar adalah letusan gunung yang telah menimbun lava kemarahan yang massif, hasil akumulasi penahanan marah dalam diri yang bersangkutan.
Memang tak mudah menumbuhkan tabiat sabar ini. “ Karakter yang terbaik tidak terbentuk dalam hitungan minggu atau bulan. Itu berkembang setapak demi setapak, hari demi hari. Usaha yang panjang, penuh kesabaran dibutuhkan dalam membentuk karakter yang baik “, kata Heraclitus.
*) Pongki Pamungkas, Penulis buku The Answer Is Love dan All You Need Is Love.