Minum susu. /Bisnis.com
Health

Meluruskan Kesalahpahaman Soal Susu

Rezza Aji Pratama
Minggu, 28 Februari 2016 - 01:10
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Dalam pengaturan pola makan yang benar, kita sudah lama mengenal konsep empat sehat lima sempurna. Konsep yang diperkenalkan pemerintah sejak 1955 tersebut, membagi asupan makanan menjadi empat sumber nutrisi penting, yakni makanan pokok, lauk pauk, sayur mayur, buah-buahan, dan disempurnakan dengan minum susu.

Konsep tersebut menekankan bahwa agar tubuh lebih sehat, setiap kali makan harus memenuhi empat sehat lima sempurna. Tak heran bila dalam kesehariannya, masyarakat Indonesia merasa kurang lengkap bila belum meminum susu. Mengonsumsi susu sudah menjadi hal yang lumrah, apalagi saat ini beragam jenis susu bisa dengan mudah didapatkan di pasaran.

Nah, bagaimana sebenarnya manfaat susu dan bagaimana pula cara yang tepat memilih susu yang benar-benar bagus untuk kesehatan?

Ahli gizi Emelia Achmadi menjelaskan dengan banyaknya jenis dan merek susu yang ada, masyarakat harus pintar-pintar memilih sebelum mengonsumsinya.

Susu kental manis misalnya, sebenarnya tidak bisa disebut susu. “Itu adalah sirup dengan rasa susu. Gulanya banyak, sedangkan kandungan susunya sedikit,” paparnya dalam diskusi bertajuk Anatomi Susu Segar, beberapa waktu lalu.

Emelia juga tidak merekomendasikan untuk memberikan susu kental manis tersebut kepada anak-anak, terutama yang masih berusia di bawah 7 tahun. Pasalnya, mengonsumsi susu jenis tersebut justru berpotensi membuat anak mengalami obesitas.

Penggunaan kata susu juga sering disematkan pada produk minuman yang berasal dari tumbuhan seperti kedelai. Padahal, menurut ahli gizi lulusan Oklahoma State Amerika Serikat itu, susu merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut cairan putih yang keluar dari kelenjar mamalia. Adapun ‘susu kedelai’ lebih tepat disebut sebagai ekstraksi.

Minuman tersebut memang memiliki kandungan kalsium, tetapi jumlahnya hanya sepertiga dibandingkan dengan susu sapi. Keunggulannya, protein dari ekstrak kedelai juga lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi tetapi lebih sulit diolah oleh tubuh.

Dari sisi tingkatan manfaat, Emelia menyarankan untuk mengutamakan susu segar. Jika tidak memungkinkan, pilihan terbaik selanjutnya adalah susu hasil pasteurisasi, UHT, dan yang terakhir adalah susu bubuk.

“Pada dasarnya semakin lama [susu] diolah, kandungan nutrisinya berkurang.”

Susu yang mengalami pasteurisasi hanya akan menghilangkan bakteri patogen yang menjadi sumber penyakit. Sementara itu, susu UHT biasanya diolah lebih lama sehingga benar-benar steril dari bakteri. Hal tersebut yang membuat susu jenis ini bisa lebih awet tanpa pendingin selama kemasannya belum dibuka. 

Di sisi lain, susu bubuk telah mengalami proses evaporasi sehingga kandungan vitamin B kompleksnya terbuang.

Salah satu perlakukan yang salah terhadap susu adalah memanaskannya sebelum dikonsumsi. Padahal, jika pun terpaksa, suhu untuk memanaskan susu hanya boleh 40-50 derajat celcius dan tidak boleh terlalu lama. Memanaskan susu justru akan membunuh bakteri baik yang ada di dalamnya.

Selain itu, tidak semua susu juga boleh dipanaskan. Susu bubuk misalnya, apalagi yang mengandung probiotik sebaiknya tidak dipanaskan sama sekali. Adapun susu UHT masih boleh dipanaskan.

UNTUK KULIT

Mengonsumsi susu, ternyata tidak hanya bagus bagi kesehatan dalam tubuh tetapi juga mampu mempercantik kulit. Emelia menjelaskan susu mengandung vitamin A yang bagus untuk kulit. Bagi mereka yang rajin merawat kulitnya menggunakan produk-produk kesehatan dari skincare, alangkah lebih baik lagi jika dibarengi dengan rajin mengonsumsi susu.

“Mereka yang punya masalah dengan jerawat juga disarankan rajin minum susu,” katanya.

Selain bagus untuk kulit, vitamin B yang terkandung dalam susu juga bisa membantu mengatasi problem kurang darah atau anemia. Emelia menjelaskan masalah tersebut bukan hanya karena dipicu oleh kekurangan zat besi tetapi bisa juga karena jarang minum susu.

Salah satu penyakit fatal yang bisa dicegah dengan mengonsumsi susu adalah osteoporosis. Menurut Emelia, osteoporosis bukanlah penyakit yang hanya diderita oleh orang tua, bahkan usia belasan pun bisa mengalaminya.

Hal itu terjadi karena banyaknya wanita yang menjalani diet ketat untuk mendapatkan tubuh yang kurus. Padahal, jika tidak diimbangi dengan asupan kalsium, malah bisa memicu oeteoporosis. Selain dari kalsium, susu juga memiliki kandungan vitamin D yang bisa mempertahankan kekuatan tulang.

Kalsium tidak hanya dibutuhkan oleh gigi dan tulang, tetapi juga jantung. Tidak sedikit penderita serangan jantung yang tidak memiliki riwayat penyakit pembuluh darah, kolesterol, dan rajin olahraga justru mengidap penyakit ini. Hal tersebut bisa disebabkan oleh kekurangan kalsium susu. ()

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (28/2/2016)
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro