Bisnis.com, JAKARTA - Perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional menjadi tantangan terbesar industri asuransi jiwa maupun asuransi umum sepanjang 2015.
Ekonomi yang melambat berdampak pada menurunnya permintaan. Kinerja sektor riil yang menurun memengaruhi pertumbuhan asuransi umum, sementara daya beli masyarakat yang melemah memengaruhi pertumbuhan asuransi jiwa.
Catatan kinerja industri asuransi 2015 menunjukkan betapa besarnya tekanan kondisi perekonomian yang melemah bagi para pelaku industri asuransi, baik asuransi umum (kerugian) maupun asuransi jiwa.
Data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) memperlihatkan hingga kuartal kedua 2015, total pendapatan perusahaan asuransi jiwa (mencakup total pendapatan premi, hasil investasi, klaim reasuransi dan pendapatan lain) turun 8,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kondisi ekonomi yang melemah serta gejolak pasar saham tampaknya benar-benar berdampak terhadap industri nasional, termasuk di dalamnya industri asuransi jiwa. Di sisi lain, total klaim dan manfaat yang dibayarkan perusahaan asuransi jiwa naik hingga 31,6%.
Tekanan yang dialami industri asuransi umum juga tak kalah beratnya. Hal ini tercermin dari laporan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mengenai pertumbuhan industri asuransi umum hingga triwulan ketiga 2015.
Selama sembilan bulan pertama 2015, perolehan premi bruto industri asuransi umum tumbuh hanya 10% dibanding perolehan periode yang sama 2014. Lantas, bagaimana menyikapi prospek industri asuransi 2016?
Dalam hal ini, buku Indonesia Insurance Watch 2015-2016 patut menjadi acuan. Betapa tidak, buku berbahasa Inggris ini memandu pembacanya mengenai banyak hal tentang industri asuransi Indonesia selama dua tahun terakhir.
Buku ini menyajikan data dan analisis mengenai kondisi perasuransian Indonesia pada 2014-2015. Data dan analisis tersebut mencakup reviw usaha asuransi di Indonesia dan laporan singkat kinerja finansial seluruh perusahaan asuransi nasional.
Tersusun rapi dalam buku ini tentang daftar perusahaan asuransi berdasarkan rasio pencapaian solvabilitas, rasio likuiditas, laba bersih, biaya operasional, pendapatan operasional, cadangan teknis, aset, rasio beban terhadap pendapatan premi neto, ekuitas, kewajiban, pendapatan premi bersih, tingkat solvabilitas, dan pendapatan underwriting.
Laporan kinerja finansial perusahaan asuransi juga terbilang lengkap, karena mencakup asuransi umum, asuransi jiwa, reasuransi, dan asuransi sosial.
Sebagai sumber referensi, buku ini makin komprehensif karena diperkaya oleh analisis proyeksi perkembangan industri asuransi nasional ke depan, oleh Hendrisman Rahim, ketua umum Dewan Asuransi Indonesia.
Sementara itu, prospek bisnis asuransi kesehatan di Indonesia juga mendapat pembahasan tersendiri dalam buku ini, sebagaimana tergambar dalam halaman wawancara dengan Arya Damar, presiden direktur PT Aplikanusa Lintasarta. Perkembangan bisnis reasuransi juga tak luput diulas dalam buku ini.
Pada intinya, hasil analisis dan pembahasan industri asuransi dalam buku ini mengguratkan keyakinan bahwa prospek bisnis asuransi akan lebih baik ke depannya. Ruang tumbuh industri asuransi diyakini masih sangat luas. Apalagi bila mendapat dukungan dari pemerintah. Bila demikian adanya, maka harapan bahwa industri asuransi sebagai salah satu pilar perekonomian bangsa bisa makin cepat terwujud.