Bisnis.com, JAKARTA – Hidup di daerah tropis selalu berkeringat, meski pun perkembangan teknologi dan peningkatan ekonomi, udara di dalam ruangan dapat di atasi dengan menggunakan AC atau pengatur udara.
Namun, banyak juga orang yang bekerja di lapangan atau kombinasi di dalam ruangan dan di luar ruangan, sehingga keringat tidak dapat dihindari.
Keringat juga bisa berubah aroma, karena banyak bakteri yang hidup di kulit.
Studi terakhir yang dilakukan Nivea terhadap lebih dari 1.100 responden pria di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Bandung, menyimpulkan bahwa “bau badan“ merupakan salah satu masalah terbesar pria Indonesia.
Mandi dengan sabun mandi secara teratur adalah salah satu cara menjaga kebersihan tubuh.
“Namun kita tidak mungkin mandi terus menerus dalam satu hari, karena kita memiliki banyak aktivitas lainnya, sedangkan berkeringat dapat terjadi sepanjang hari, pada saat sedang beraktivitas ataupun karena dipicu oleh faktor emosi diri sendiri. Oleh karena itu, mandi saja tidak cukup untuk mengatasi bau badan, kita perlu usaha lainnya, seperti memakai deodoran,“ kata dr. Eddy Karta SpKK, dermatologis independen, Senin (2/5/2016).
dr. Vinia Ardiani Permata, SpKK, spesialis kulit dan kelamin menjelaskan, saat keringat bercampur dengan bakteri-bakteri penyebab bau badan, maka bakteri itu akan menguraikan keringat kita dan memprosesnya dalam sistem metabolisme mereka sehingga menghasilkan produk sampingan berupa keringat berbau, dan akhirnya menyebabkan bau badan.
“Namun, masalah ini dapat kita antisipasi dengan selalu menjaga kebersihan dan higienitas tubuh. Maka setiap orang harus melengkapi diri dengan perlindungan yang optimal terhadap bakteri penyebab bau badan setiap hari, misalnya melalui penggunaan deodoran yang mengandung antiperspirant dan bahan anti-bakteri,” terang dr. Vinia.
Masalah bau badan menjadi peluang bisnis bagi perusahaan untuk terus berinovasi memproduksi deodoran.