Film Stip dan Pensil/Istimewa
Entertainment

Begini Kisah Film "Stip dan Pensil"

Ramdha Mawaddha
Rabu, 19 April 2017 - 00:22
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -  Berangkat dari kisah remaja SMA, film terbaru MD Pictures bertajuk Stip & Pensil akan segera tayang di bioskop mulai besok, Rabu (19/4/2017).

Cerita Stip dan Pensil ditulis oleh sutradara sekaligus penulis skenario Joko Anwar.

Dalam konferensi prs yang digelar hari ini, Selasa (18/4/2017) Joko Anwar mengatakan, jika sebenarnya skenario ini dibuatnya pada 2001. Saat itu sang sutradara, Ardy Octaviand mengunjungi Joko dan mengatakan tertarik dengan skenario tersebut.

“Aku bilang ambil saja skenarionya. Akhirnya Ardy bisa memproduksinya bersama MD Pictures dan akhirnya skenario itu menemukan proyek yang cocok,” kata Joko Anwar.

Film ini mengangkat kisah persahabatan di sekolah, di mana Toni (Ernest Prakasa), Aghi (Ardit Erwandha), Bubu (Tatjana Saphira) dan Saras (Indah Permatasari) adalah anak anak orang kaya yang dimusuhi anak anak di SMU sekolahnya. Karena dibanding yang lain mereka selalu merasa sok jago dan sombong.

Suatu hari mereka mendapat tugas esai untuk menulis masalah sosial dari Pak Adam (Pandji Pragiwaksono). Alih-alih menulis esai mereka malah sok bikin tindakan yang lebih kongkrit dengan membangun sekolah untuk anak anak orang miskin di kolong jembatan.

Awalnya mereka menganggap hal itu enteng, tapi ternyata hal itu tidak semudah yang mereka bayangkan. Karena banyak sekali rintangan di sekelilingnya yang menghadang.

Mulai dari kepala suku pemulung di sana, Pak Toro (Arie Kriting), Si anak kecil yang bengal, Ucok (Iqbal Sinchan) dan Mak Rambe (Gita Bhebhita) emaknya Ucok yang tidak setuju anaknya ikut sekolah gratis yang diadakan Toni dan kawan-kawan.

Belum lagi ledekan teman teman di sekolahnya yang diketuai oleh Edwin (Rangga Azof) yang selalu meremehkan mereka.

Tantangan demi tantangan dihadapi Toni dan kawan-kawan hingga sampai pada tahap di mana penduduk kampung akan digusur oleh pemerintah. Hikmahnya, anak-anak yang tadinya enggan belajar, justru bersemangat belajar.

Orang-orang kampung yang telah direlokasi ke rumah susun pun menyediakan tempat khusus untuk proses belajar mengajar untuk anak-anak.

Mengangkat isu sosial ekonomi dan pendidikan, film ini dikemas dalam bentuk komedi yang akan membuat penonton tertawa sepanjang film. Kelihaian Ernest dan Arie Kriting memunculkan candaan, mampu membrikan nuansa berbeda di film ini.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ramdha Mawaddha
Editor : Nancy Junita
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro