Bisnis.com, JAKARTA – Mayoritas benda-benda seni di Istana Kepresidenan dan sejumlah bangunan megah di Indonesia merupakan warisan dari Presiden Sukarno. Peninggalan-peninggalan itu lekat dengan Sukarno karena dia sendiri rupanya ikut campur tangan langsung mengurus hal tersebut.
Umpamanya untuk persoalan arsitektur, Sukarno dikenal akan kebiasaannya memberikan persetujuannya pada rancangan-rancangan bangunan dengan membubuhkan paraf “ACC Soek” pada lembar-lembar gambar. Sukarno tak sungkan berdiskusi langsung dengan arsitek-arsitek maupun seniman-seniman yang terlibat.
“Tidak hanya persetujuan, Sukarno pun tidak segan-segan membubuhkan catatan, koreksi, usulan, maupun ketidaksetujuannya pada karya-karya yang dianggap masih belum baik,” tulis Setiadi Sopandi seperti dikutip dari arsitekturindonesia.org, Rabu (19/7/2017).
Setiadi yang juga penulis biografi Friedrich Silaban ini menuturkan “ACC Soek” itu terlihat dari temuannya berupa dua lembar gambar perspektif dari dua proyek yaitu pada proyek perluasan gedung Bank Indonesia di Jalan Thamrin dan pada proyek gedung Kejaksaan Agung.
“Kami juga memiliki salinan digital atas sebuah memo dari Sukarno kepada Silaban dalam penugasan perancangan sebuah kantor yang terletak pada lahan trapesium – yang terletak menghadap Patung Pejuang [Patung Pak Tani].”
Setiadi menambahkan kesenangan Sukarno pada seni rupa dan arsitektur mengantarkannya sebagai patron seni rupa dan arsitektur khususnya pada dekade 1950 dan awal dekade 1960.
Baca Juga Ketika Seni Jadi Peredam Konflik |
---|
Banyak dari koleksi seni rupa di beberapa Istana Kepresidenan RI, imbuhnya, adalah hasil pilihan pribadi Sukarno.
“Beberapa seniman dan juga arsitek berhubungan sangat dekat dengan Sukarno, serta terlibat langsung dalam memberikan penugasan bahkan turut campur merancang berbagai bangunan serta monumen publik di Jakarta pada awal dekade 1960,” tulisnya.