Bisnis.com, JAKARTA—Vokalis dan gitaris band Koes Plus Yon Koeswoyo meninggal dunia pada Jumat (5/1) pagi. Yon telah membawa sukses nama Koes Plus dari tahun 1969 hingga menjadi legenda musik Indonesia.
Dari informasi yang dirangkum Bisnis, Koes Plus yang berasal dari Kelurahan Sendangharjo, Tuban, Jawa Timur ini merupakan alumnus SMK Negeri 1 Tuban dan pada akhirnya menjadi pelopor musik pop dan rock 'n roll. Koes Plus bahkan pernah dipenjara karena musiknya yang dianggap mewakili aliran politik kapitalis. Di saat itu sedang garang-garangnya gerakan anti kapitalis di Indonesia.
Grup band ini beranggotakan kakak-adik yang berasal dari keluarga Koeswoyo yaitu, Yon Koeswoyo, Tonny Koeswoyo, Yok Koeswoyo, dan Nomo Koeswoyo. Genre grup musik Kos Plus mirip dengan The Beatles, grup musik asal Inggris yang terkenal di era tahun 1960 an -1980 an.
Dari catatan wikipedia.com, pada tahun 1974 Koes Plus mengeluarkan 22 album, yaitu terdiri dari album lagu-lagu baru dan album-album "the best" termasuk album-album instrumentalia, yang dibuat dari instrumen asli Koes Plus atau rekaman "master" yang kemudian diisi oleh permainan saxophone Albert Sumlang, seorang pemain dari group the Mercy's.
Jadi rata-rata mereka mengeluarkan 2 album dalam satu bulan. Tahun 1975 ada 6 album. Kemudian tahun 1976 mereka mengeluarkan 10 album. Mungkin rekor ini pantas dicatat di dalam Guinness Book of Record.
Kini, beberapa lagu yang telah dinyanyikan lagi oleh kelompok musisi milenial, diantaranya lagu ‘Pelangi’ yang dibawakan grup band Netral dengan genre punk rock, ‘Kisah Sedih di Hari Minggu’ yang dibawakan Marshanda dan ‘Manis dan Sayang’ mengusung genre slow rock orchestra yang dibawakan Andy Rif, Erwin Gutawa dan gitaris Eed Sjahranie dan ‘Andaikan Kau Datang Kembali’ yang dibawakan Ruth Sahanaya. Masih banyak lagu lainnya yang dibawakan musisi baik penyanyi dan grup band lainnya.
