Lukisan berjudul Salvator Mundi karya Leonardo da Vinci/christies.com
Bisnis Style

Karya Perupa Genevieve Couteau Menyapa Pencinta Seni Rupa di Jakarta

Ilman A. Sudarwan
Rabu, 24 Januari 2018 - 12:57
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Institut Perancis di Indonesia (IFI) menggandeng dengan Galeri Nasional Jakarta berencana menggelar pameran karya perupa Perancis Genevieve Couteau bertajuk Genevieve Couteau: The Orient and Beyond di Galeri Nasional Jakarta pada 25 Januari-14 Februari 2018.

Pameran ini didahului dengan penyelenggaraan simposium pada Rabu (24/1/2018) siang.

Pameran karya perupa Couteau menjadi penting karena dijadikan sebagai medium penyampai pesan mengenai humanisme. Penyelenggaraan pameran juga diharapkan dapat mengajak para pencinta seni untuk mempertanyakan konstruksi sejarah seni rupa Asia, khususnya Bali.

Nama Couteau mungkin tidak seakrab nama para perupa yang berkontribusi terhadap kemajuan seni rupa di Bali seperti Walter Spies, Rudolf Bonnet, Le Mayeur, dan Antonio Blanco. Namun, karya seni dari Couteau dinilai memiliki pendekatan universalis yang lebih feminin dibandingkan dengan karya para maestro lainnya. Selain itu, kemampuannya sebagai perupa perempuan tetap medapatkan pengakuan di tengah dominasi perupa pria.

Pameran ini digelar berkat gagasan yang dibawa oleh budayawan dan pengamat seni Jean Couteau. Anak dari mendiang Genevueve Couteau ini mengatakan bahwa awalnya pameran ini berangkat dari pertanyaan tentang unsur dominasi khas orientalisme pada era 1970-an.

"Tema pasca-orientalisme muncul ketika saya hendak menyelenggarakan pameran lukisan karya ibu saya. Seorang perempuan Perancis yang datang ke Timur dan melukis tentang Bali dan Laos pada akhir 1960-1970-an," tuturnya pada Rabu (24/1/2018).

Dia merasa perlu mendapatkan jawaban mengenai perbedaan kultural antara latar belakang sang ibu dan tanah Timur yang menjadi objek lukisnya.

"Muncul pertanyaan dalam diri saya, bila karyanya diwarnai latar belakang kultural yang berbeda, apakah memang mengandung unsur dominasi? Bukankah karya justru mencerminkan universalisme dan anti nasionalisme sempit khas tahun 1960-an yang muncul di Eropa, yang ditandai dengan munculnya komunitas Hippies, The Beatles, dan lain-lain," katanya.

Couteau merasa bahwa salah satu cara untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan menyelenggarakan pameran karya-karya ibunya dan membuat simposium.

Dia berharap melalui simposium dan pameran ini, masyarakat dan pencinta seni di Indonesia dapat menyadari bahwa unsur budaya luar selalu mengandung persepsi berbeda, mulai dari kepentingan ekonomi dan politik, hingga keinginan untuk membangun kesadaran baru dalam diri manusia.

Editor : Diena Lestari
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro