Bisnis.com, JAKARTA - Seniman Video Mapping dari Yogyakarta Raphael Donny menilai perkembangan video mapping di Indonesia cukup potensial karena tak sedikit penyelenggara acara atau perusahaan menginginkan kehadiran mereka.
Bahkan, pada 2016 Presiden Joko Widodo menggunakan video mapping di Istana Merdeka untuk peringatan Sumpah Pemuda. Kemudian, pada acara hitung mundur Asian Games 2018.
“Perkembangannya positif sekali menurut saya. Kebetulan di dua acara tersebut saya mendapat kesempatan untuk mengajak teman-teman lain ikut berkarya. Kesempatan langka dan bersejarah memang harus dibagi,” tuturnya Senin (12/2/2018).
Namun Raphael menilai kesempatan membuat karya video mapping di Indonesia tidak terlalu banyak. Akibatnya pelakunya pun terbatas. Beda ceritanya bila para peminatnya mau berusaha lebih untuk mengikuti festival-festival video mapping di luar negeri, maka kesempatannya terbuka lebar.
“Mungkin sudah saatnya Indonesia punya festival video mapping sendiri. Kalau di Yogyakarta sih sudah 5 tahun terakhir ada yaitu Jogjakarta Video Mapping Project (JVMP), semacam ajang untuk seniman video mapping unjuk gigi. Semoga tahun ini kami di Yogyakarta bisa membuat festival dengan sekala lebih besar,” ujarnya.
Selain minimnya kesempatan, Raphael melihat tantangan yang dihadapi oleh seniman video mapping lebih ke persoalan teknis seperti proyektor lumens besar atau terang yang masih relatif mahal harga sewanya. Dampaknya produksi menjadi masalah utama untuk berkarya.
Tetapi, soal kualitas karya, Raphel berani bertaruh kemampuan seniman Indonesia setara dengan seniman-seniman di negara lain.
“Secara bisnis juga potensinya bagus, semakin banyak masyarakat tahu soal video mapping otomatis kesempatan untuk diadakan di public event ikut terbuka lebar."