Bisnis.com, JAKARTA - Strabismus dapat mempengaruhi perkembangan penglihatan anak sehingga deteksi dini dan pengobatan harus cepat dilakukan agar dapat memperbaiki masalah ini.
Strabismus, yang juga dikenal dengan sebutan mata juling, akan tampak saat kedua mata tidak tertuju pada satu objek, yang mana satu mata lurus ke depan dan mata lainnya menyimpang dari posisi yang seharusnya.
"Keadaan ini sebenarnya bukan hanya terjadi pada anak-anak namun dapat ditemukan pada berbagai usia, baik pria maupun wanita," ujar dr. Damara Andalia, SpM, Dokter Jakarta Eye Center, belum lama ini.
Menurut dr. Damara, dalam banyak kasus juling bersifat keturunan, tetapi, meskipun tidak ada riwayat di dalam keluarga, juling tetap bisa terjadi.
Mata juling dapat bersifat horizontal, yaitu satu mata ke dalam atau satu mata ke luar, dan dapat juga bersifat vertikal yaitu satu mata lebih tinggi atau lebih rendah dari mata yang lain.
Selain itu, juling juga dapat bersifat konstan, yaitu tampak setiap saat, atau timbul pada keadaan-keadaan tertentu, seperti bila anak sedang sakit, melamun dan melihat jauh atau saat lelah.
"Pada juling konstan, tiga hal bisa terjadi. Pertama adalah Ambliopia atau mata malas."
Bila si anak menderita juling konstan maka matanya yang menyimpang, dan umumnya tidak dapat digunakan untuk melihat dengan baik. Hal ini mengakibatkan mata tersebut mengalami penurunan penglihatan yang tajam.
Kemudian terjadinya penglihatan Binokular Buruk. Penglihatan Binokular adalah kemampuan mata untuk melihat kedalaman (depth perception) atau tiga dimensi (3D stereo vision).
Untuk mencapai kemampuan ini maka harus ada kerja sama yang harmonis antara kedua mata yang tertuju pada satu objek yang menjadi pusat perhatian. Namun anak yang mengalami juling konstan tidak memiliki penglihatan binokular atau penglihatan tiga dimensi.
Selain itu, anak yang juling juga sering mengubah posisi kepala (abnormal head posture) agar dapat mempertahankan kedudukan kedua mata tetap lurus tertuju pada objek yang menjadi pusat perhatian.