Ketua Divisi Alergi Imunologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, dr. Iris Rengganis./JIBI-Yoseph Pencawan
Health

Dokter Lebih Sering Cek Gejala Lupus dari Nyeri Sendi, Padahal..

Yoseph Pencawan
Jumat, 9 Maret 2018 - 21:53
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Divisi Alergi Imunologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM dr. Iris Rengganis mengungkapkan sejumlah gejala yang penting untuk diperhatikan dalam mengenali penyakit Lupus.

Dia menjelaskan beberapa gejala bisa terdapat pada kulit, otot dan tulang, darah, jantung, paru-paru, ginjal dan sebagainya. Namun menurutnya, dokter lebih kerap mengidentifikasinya dari manifestasi yang muncul di otot dan tulang.

"Perhatian medis yang paling sering dicari adalah untuk nyeri sendi," ujarnya, belum lama ini.

Sebenarnya, kata dia, itu hal yang lazim karena sendi tangan dan pergelangan tangan biasanya terpengaruh, meskipun semua sendi sebenarnya berisiko.

Menurut Iris, lebih 9O% dari mereka yang terkena dampak akan mengalami nyeri sendi dan/atau otot pada suatu waktu selama perjalanan penyakit.

Kendati demikian, banyak penderita Lupus memiliki beberapa gejala di kulit yang dapat dilihat secara kasat mata.

Lupus memiliki tiga kategori utama, yakni Lupus Kutaneous Kronis (Diskoid), Lupus Kutaneous Subakut dan Lupus Kutaneous Akut.

Orang dengan Lupus Diskoid berkemungkinan menunjukkan bercak-bercak bersisik merah dan tebal pada kulit. Demikian pula Lupus Kutaneous Subakut, dapat bermanifestasi sebagai bercak merah bersisik, tetapi dengan sisi berbeda.

Adapun Lupus Kutaneus Akut bermanifestasi sebagai ruam. Beberapa memiliki ruam malar klasik atau ruam kupu kupu. Ruam ini terjadi pada 3O%-60% orang.

"Rambut rontok, mulut dan bisul hidung dan lesi pada kulit merupakan manifestasi lain yang mungkin terjadi."

Iris mengatakan, Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah penyakit autoimun yang melibatkan berbagai organ dengan manifestasi klinis yang bervariasi, dari yang ringan sampai berat.

Pada keadaan awal, penyakit ini sukar dikenali sebagai LES karena manifestasinya sering tidak terjadi bersamaan. Sampai saat ini penyebab LES belum diketahui, tetapi diduga faktor genetik, infeksi dan lingkungan ikut berperan pada patofisiologi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yoseph Pencawan
Editor : Saeno
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro