Penyakit Lupus Banyak Menyerang Anak Perempuan, Ini Alasannya aoccb.com
Health

Penyakit Lupus Banyak Menyerang Anak Perempuan, Ini Alasannya

Redaksi
Jumat, 10 Mei 2024 - 08:25
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), mengatakan anak-anak lebih rentan terpapar penyakit lupus khususnya perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor homonal pada perempuan cenderung lebih ekspresif terhadap penyakit lupus.

Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Alergi Imunologi IDAI, DR. Dr Reni Ghrahani Majangsari, SpA(K), MKes, mengatakan gejala lupus pada anak pun cenderung lebih berat dibandingkan orang dewasa. Setidaknya dari seluruh kasus lupus, 10-20% terjadi pada anak-anak

“Ternyata lupus paling banyak terjadi pada anak perempuan, ini beberapa referensi menyebutkan perempuan 9 kali lipat terkena lupus dibandingkan anak laki-laki,” kata Reni dalam seminar daring, Rabu (8/5/2024).

Reni menuturkan kasus lupus paling banyak terjadi pada remaja yang menginjak umur 11-12 tahun yang dipengaruhi oleh kondisi genetik atau etnis. Menurutnya, faktor hormonal adalah penyebab utama anak perempuan lebih mudah terjangkit penyakit autoimun tersebut.

“Memang faktor hormonal khususnya estrogen banyak berperan dalam terjadinya penyakit lupus, karena dari beberapa referensi disebutkan bahwa hormon estrogen dapat memperberat faktor peradangan pada anak-anak yang berpotensi atau menderita penyakit lupus,” jelasnya.

“Penyakit lupus pada anak biasanya gejalanya akan lebih berat dibanding lupus pada dewasa. Juga keterlibatan organ lebih banyak,” lanjutnya.

Walaupun penyakit lupus tidak menular, penyakit ini bisa diturunkan oleh orang tua yang menderita lupus. Menurunnya penyakit lupus pada anak juga didukung dari faktor hormon dan lingkungan.

“Sekitar 2% bayi terdampak dari ibu dengan lupus, istilahnya adalah lupus neonatal. Tetapi bukan bayi tersebut menderita lupus, itu terjadi karena autoantibodi dari ibu akan masuk kedalam tubuh bayi melalui tali pusar dan autoantibodi ibu merusak organ-organ bayi tersebut,” ungkap Reni.

Akibatnya, bayi akan mengalami gejala lupus, seperti ruam pada kulit, gangguan pernapasan, dan gangguan saraf. Lupus pada janin bisa dideteksi pada masa kehamilan melalui berbagai pemeriksaan

Lupus pada bayi yang baru lahir bisa hilang pada usia bayi menginjak 6 bulan. Tapi, kata Reni, bayi berpotensi besar mengalami gangguan ritme jantung yang bersifat permanen.

Menurutnya lupus neonatal dapat diminimalisir dengan mengikuti program sesuai anjuran dokter kandungan. Biasanya dokter kandungan akan memberikan program kehamilan untuk menekan aktivitas lupus.

“Ibu direncana kehamilannya diupayakan dalam kondisi aktivitas lupus yang rendah. Dalam keadaan ibu mengonsumsi obat yang tidak banyak, sehingga kelahirannya dapat berlangsung dengan lancar dan ibu tetap dalam keadaan aktivitas penyakit yang rendah juga bayi dilahirkannya tidak terkena dampak antibodi dari ibu,” kata Reni.

Reni mengatakan penting bagi ibu maupun anak yang menderita lupus untuk mengonsumsi asupan bergizi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dia menyarankan semua sumber makanan boleh dikonsumsi dengan catatan tidak memiliki alergi terhadap makanan tersebut.

Tak hanya itu, dia juga meminta semua pihak terus memberikan dukungan kepada anak penderita lupus agar tetap memiliki semangat hidup. Mengingat dampak sosial juga akan menyerang penderita lupus, sehingga para penderita sulit beraktivitas seperti pada umumnya. (Muhammad Sulthon Sulung Kandiyas)

Penulis : Redaksi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro