Ilustrasi demesia/usdoj.gov
Health

Cara Cegah Penuaan Otak dan Demensia

Yoseph Pencawan
Sabtu, 21 April 2018 - 07:11
Bagikan

Banyak yang sering terlalu cepat mengambil kesimpulan dengan menganggap bahwa mereka yang sering lupa mengalami gejala demensia atau kepikunan, terutama bagi yang sudah berusia lanjut.

Gea Pandhita, dokter spesialis saraf RS Pondok Indah-Bintaro Jaya menjelaskan, tidak semua gangguan kognitif mutlak diartikan sebagai Demensia.

“Misalnya, lupa di mana menaruh kunci, belum tentu demensia, mungkin gangguan pemusatan perhatian. Bisa saja, pada saat bersamaan, kita lagi konsentrasi menjawab teman sehingga saat menaruh kunci tidak memusatkan perhatian kepada kunci, jadi kesannya lupa,” katanya. 

Demensia berkaitan dengan gangguan fungsi memori, baik yang jangka pendek (short term) maupun jangka panjang (long term). Short term berhubungan dengan daya ingat, sedangkan long term memory terjadi biasanya mengarah pada kondisi defisit saraf tertentu.

Apabila seseorang tidak bisa mengulang suatu informasi yang diminta, tetapi jika diberikan informasi baru dia masih ingat, berarti orang tersebut masih punya kemampuan untuk menyimpan memori baru.

“Pada pasien-pasien demensia, khususnya demensia alzheimer, tidak bisa [mengingat]. Tidak ada penambahan memori dengan adanya stimulasi yang sama secara berulang.”

Demensia adalah penurunan fungsi kognitif disertai dengan gangguan fungsional, kadang bila sudah berat disertai dengan gangguan perilaku dan merasa pusing.

Maka, jangan heran misalnya ada lansia di sekitar kita orangnya curigaan atau sering menuduh. “Itu adalah demensia yang disertai dengan gangguan psikiatri, biasanya sudah tahap lanjut.”

Demensia tidak hanya terkait dengan daya ingat, tetapi juga ada fungsi lain yang terganggu seperti bahasa, perhatian, dan sebagainya.

Gea menjelaskan bahwa ada demensia yang penyebabnya jelas, yaitu demensia vaskular. Contohnya pasien-pasien yang mendadak menjadi pikun setelah kena stroke, diabetes, atau hipertensi.

Namun, semakin mudah lupa juga dipengaruhi oleh bertambahnya usia, seiring turunnya fungsi kognitif. Mereka yang terus mengalami penurunan fungsi kognitif bisa sampai pada suatu tahap yang dinamakan dengan pra-demensia.

Inilah yang menurut Gea sebagai titik krusial yang harus dideteksi dengan baik oleh masyarakat awam dan tenaga medis. Pasalnya, jika bisa dideteksi bahwa itu adalah pra-demensia, maka bisa dicegah agar jangan sampai benar-benar terjadi demensia. Orang yang masuk pra-demensia tetap dapat kembali normal dengan terapi yang tepat.

“Kalau sudah masuk ke demensia, apalagi demensia alzheimer, mohon maaf, sampai sekarang belum ada obatnya. Obat aemensia alzheimer hanya berfungsi untuk memeprlambat penurunan fungsi kognitif, tidak menyembuhkan.”

Cara Cegah Penuaan Otak dan Demensia

BERPIKIR POSITIF

Tetap berpikir positif dan melakukan kegiatan sosial juga bisa menjadi bagian dari upaya memperlambat proses penuaan otak yang berakibat pada terjadinya demensia. Sayangnya, sampai sekarang belum ditemukan obat anti-penuaan otak.

Gea menuturkan, intervensi penanganan gangguan kognitif akan lebih baik bila dilakukan lebih awal. Deteksi dini bisa dilakukan dengan alat bernama Magnetic Resonance Imaging (MRI) yang bisa melihat kondisi hipokampus, bagian otak yang menjadi pusat memori.

Bila otak seseorang terlihat mengkerut, dia berkemungkinan mulai mengalai pra-demensia, dan bila sudah menyusut berarti sudah terjadi demensia.

Selain MRI, pemeriksaan fungsi otak juga bisa dilakukan dengan metode CERAD (Consortium to Establish a Registry for Alzheimer's Disease.) Metode ini memeriksa fungsi kognitif otak.

Cara deteksi gejala demensia yang lain adalah dengan melihat perilakunya sehari-hari. Misalnya, yang semula gembira menjalani hobi, kemudian menjadi malas dengan hobinya, malas bertemu orang, sudah jarang bersosialisasi dan sebagainya.

Di sampung pemeriksaan, perlu juga untuk memerhatikan faktor risiko, terutama demensia vaskuler, bagi mereka yang sudah berusia lanjut seperti adanya penyempitan pembuluh darah.

Lalu, bagaimana menangani penurunan fungsi kognitif? Menurut Gea, ada tiga hal yang bisa dilakukan, yakni menjaga kondisi fisik, menstimulasi mental dan melakukan aktivitas sosial.

Otak pun jangan terlalu sering diistirahatkan, perlu sesering mungkin digunakan untuk berpikir, seperti belajar bahasa atau sesuatu yang baru. Otak yang semakin sering dipakai maka akan semakin baik pula kualitasnya.

Jangan seperti kata anekdot, otak yang paling mahal adalah otak orang Indonesia karena jarang dipakai. Makin sering dipakai, dendrit atau cabang-cabang saraf otak justru semakin banyak.

Dia mengilustrasikan otak seperti pohon, semakin tumbuh akan semakin banyak juga cabangnya, daunnya pun akan banyak sehingga bertambah subur. Ada suatu zat di otak, kata Gea, kalau berolahraga, maka zat itu akan meningkat sehingga saraf-saraf otak menjadi lebih tahan terhadap kerusakan.

Olahraga juga akan meningkatkan hipokampus. Seseorang yang gemar berolahraga maka hipokampusnya pun akan cenderung lebih besar dibandingkan dengan mereka yang jarang berolahraga.

Untuk memperlambat penuaan, seseorang perlu berpikir positif karena akan bagus untuk pemeliharaan fungsi otak dan jantung. Jantung dan otak dapat mempengaruhi satu sama lain secara langsung.

Gea melanjutkan, apa-apa yang baik untuk jantung maka akan baik untuk otak juga. Makanan yang baik untuk jantung, juga akan baik untuk otak. “Olahraga yang baik untuk jantung pun baik untuk otak. Hal itu karena struktur pembuluh darah dengan otak mirip.”

Aktivitas fisik yang direkomendasikan adalah berjalan kaki selama 30 menit setiap hari, minimal 5 kali dalam seminggu. Jalan kaki yang dimaksud adalah jalan dengan ritme yang konstan sehingga pengambilan oksigen dan aliran darah tetap stabil.

Penulis : Yoseph Pencawan
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro