Bisnis.com, JAKARTA—Banyak pertimbangan orang membeli mobil, ada demi pemenuhan kebutuhan seperti kenyamanan, keselamatan, serta efisiensi. Tidak ada yang salah dengan tujuan tersebut. Hanya saja, perlu ada perencanaan matang yang harus dilakukan sebelum akhirnya pembelian mobil dieksekusi.
Perencana keuangan OneShildt Budi Raharjo menuturkan, saat ini pilihan kendaraan begitu banyak mulai dari kendaraan Low Cost Green Car (LCGC) sampai dengan kendaraan mewah. Tiap merek menawarkan berbagai pilihan, termasuk pilihan bagi konsumen yang lebih mengutamakan gengsi atau status sosial ketimbang sebagai alat transportasi.
“Sebenarnya tidak ada yang keliru dengan hal ini, tinggal kembali kepada pembeli agar dapat lebih selektif serta bijak dalam memilih alat trasnportasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan,” jelas Budi.
Apakah keputusan membeli mobil untuk sebuah gengsi adalah hal yang wajar?. Budi menjelaskan alasan untuk membeli sesuatu produk atau jasa secara umum terbagi menjadi tiga yakni adanya suatu kebutuhan, keinginan atupun sebagai investasi.
Lebih detail, dapat dikatakan kebutuhan apabila hal tersebut memang harus dikeluarkan. Menjadi keinginan apabila dapat menawarkan kenyaman atau status dan gengsi. Namun bisa juga menjadi investasi apabila produk yang dibeli dapat menjadikan seseorang lebih produktif atau menciptakan aliran pendapatan baru sehingga berkontribusi pada penghasilan.
Nah, dalam membeli mobil pun juga tidak terlepas dengan tiga alasan tersebut. Menurutnya, baik konsumen dari golongan menengah ataupun kaya cukup mempertimbangkan apakah mobil yang akan dibeli kelak akan menjadi keputusan untuk kebutuhan, keinginan, atau sarana investasi.
Merencanakan keuangan untuk pembelian mobil sangat dibutuhkan untuk menghitung konsekuensi yang harus dikeluarkan.
Pertama, yang harus diperhatikan adalah fungsi. Apakah mobil tersebut memenuhi kebutuhan, keinginan atu investasi.
Kedua, yang diperlu dipertimbangkan adalah kapasitas atau kemampuan. Membeli mobil dapat dilakukan secara kredit ataupun secara tunai. Ketika pembelian dilakukan secara kredit yang harus dipertimbangkan bunga.
Ketiga, perhatikan nilai jual kembali kendaraan. Idealnya apabila kita melihat mobil sebagai investasi dan kebutuhan maka kita akan mempertimbangkan apakah nilai kendaraan yang semakin turun dengan bertambahnya umur kendaraan apakah masih menguntungkan.
Keempat, pertimbangkan biaya-biaya dan pajak. Biaya tersebut meliputi biaya operasional kendaraan seperti konsumsi bahan bakar, harga suku cadang, biaya servis rutin kendaraan, dan juga asuransi.
Pajak kendaraan yang harus dibayarkan setiap tahun juga harus dipertimbangkan apakah memiliki kemampuan untuk menunaikan kewajiban pajak. Belum lagi biaya parkir baik di kantor ataupun di rumah apabila tinggal di apartemen.
Kemudian kelima, membandingkan menggunakan kendaraan umum atau alternatif lainnya dalam jangka waktu tertentu.
“Biasanya orang berencana untuk membeli kendaraan baru setelah kendaraan tersebut berumur 5 tahun. Maka total biaya diperhitungkan dalam jangka waktu 5 tahun tersebut. Biaya apa saja yang harus ditanggung sebagai konsekuensi kepemilikan mobil,” jelasnya.
Lebih lanjut, apabila kepemilikan kendaraan sudah mengganggu cashflow, tidak ada solusi lain yang paling cepat selain melepaskan aset yang membebani. Alternatif lain adalah meningkatkan penghasilan, namun cara tersebut membutuhkan waktu yang tidak tentu.
“Maka mau tidak mau kita harus berani melepaskan aset tersebut, jika setelah melepaskan aset tidak menimbulkan efek lebih buruk. Kemudian ganti dengan moda transportasi lain yang berbiaya lebih rendah daripada mobil yang sebelumnya,” jelasnya.