Bisnis.com, JAKARTA – Belakangan ini isu penculikan anak di Indonesia kembali marak sehingga meresahkan para orang tua. Apalagi, banyak informasi mengenai penculikan yang tersebar di internet walaupun kebenarannya masih dipertanyakan.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pun melakukan analisis berita online yang hasilnya menunjukkan bahwa sepanjang empat bulan terakhir, pemberitaan penculikan anak semakin masif. Terdapat 635.000 berita pada Juli 2018, 969.000 berita pada Agustus 2018, dan 2,15 juta berita pada September 2018.
Berita penculikan anak terbanyak adalah pada Oktober 2018 yang mencapai 4,3 juta. Sementara itu, dalam dua hari pertama November 2018 sudah ada 1,01 juta berita mengenai penculikan anak.
Menyikapi hal ini, KPAI menyampaikan kepada para orang tua untuk tetap berpikir bijak dan jernih agar tidak khawatir berlebihan dan berdampak pada tumbuh kembang anak.
“Rasa kekhawatiran yang berlebihan akan mengurangi kepercayaan diri anak dalam bersosialisasi. Orang tua tetap perlu mengedukasi anak dengan baik terkait tindakan penculikan, dengan penjelasan yang sesuai usia tumbuh kembangnya,” ujar Wakil Ketua KPAI Rita Pranawati dalam konferensi pers di Kantor KPAI, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (2/11/2018).
Dia menerangkan orang tua perlu menanamkan kepada anak agar tidak mau diajak orang yang tidak dikenal, ditawari, atau diiming-imingi benda apapun, serta tidak serta merta mau diajak oleh orang yang mengatasnamakan orang tuanya.
Demikan juga jika di jalan ada hal-hal yang mencurigakan, maka anak dapat meminta pertolongan orang di sekitarnya. Misalnya, dengan berteriak ketika dalam keadaan darurat.
Selain itu, orang tua juga perlu memperkenalkan rute aman sekolah, baik ketika berangkat maupun pulang, sehingga anak dapat tetap mandiri tapi aman.
“Akhirnya kehati-hatian orang tua merupakan keniscayaan, semata-mata untuk melindungi anak. Namun, kekhawatiran yang berlebihan dan justru mengintimidasi anak adalah tindakan yang tidak tepat. Kewaspadaaan perlu diikuti dengan edukasi serta kontrol yang baik dari orang tua, guru, dan lingkungan masyarakat,” tutur Rita.