Bisnis.com, JAKARTA - Program bayi tabung bisa menjadi salah satu pilihan bagi pasutri yang mengalami gangguan kesuburan dan ingin mempunyai keturunan. Sayangnya biaya program bagi sebagian pasutri kurang terjangkau.
Fachry Achmad, Direktur PT Ingin Anak mengatakan untuk mengatasi hal tersebut pihaknya menghadirkan program bayi tabung pintar yang canggih (Sophisticated), Modern, Terjangkau (Affordable), Reproductive, Technology yaitu SMART IVF.
Namun, proses untuk mendapatkan bayi tabung melalui Smart IVF tidaklah sederhana karena sama seperti proses program bayi tabung lainnya yang melewati 8 tahapan.
Yaitu pemeriksaan USG, hormon, saluran telur dan sperma, penyuntikan obat untuk membesarkan sel telur, penyuntikan obat penekan hormon, pengambilan sel telur, pembuahan, pengembangan embrio, penanaman embrio serta tahap menunggu hasil.
“Namun dengan konsep ini, biaya yang diperlukan lebih terjangkau hanya sekitar Rp38 juta per siklus dan dengan demikian kami berharap banyak pasutri yang menginginkan keturunan melalui program bayi tabung dapat terbantu,” ujarnya.
Dengan adanya laboratorium yang canggih dengan peralatan teknologi tinggi pada program bayi tabung pintar ini, maka memungkinkan dilakukannya prosedur pencarian sel telur, mempertemukan sel telur dengan sel sperma, penetasan sel telur, kultur embrio, sampai pembekuan embrio dan pencairan embrio.
Namun demikian, penting untuk diingat, hal yang harus diperhatikan demi suksesnya program bayi tabung pintar adalah kondisi fisik dan psikologis istri, suami, infrastruktur fisik, peralatan medis, staf yang kompeten, teknik prosedur yang baik dan kolaborasi pelayanan dengan pendekatan tim.
Sementara itu, Budi Wiweko pendiri SMART-IVF sekaligus Presiden Perhimpunan Fertilisasi in Vitro Indonesia (PERFITRI) mengatakan bahwa berdasarkan laporan IA-IVF tahun 2017, dari sejumlah 9122 siklus bayi tabung yang dilakukan pada tahun 2017 di Indonesia, terdapat 2467 siklus yang menghasilkan kehamilan.
Persentase kehamilan yang terbesar terdapat pada usia kurang dari 35 tahun, yaitu sebesar 17.46%, disusul dengan kehamilan pada usia 35-37 tahun (6.01%), usia 38-40 tahun (3.49%), 41-42 tahun (1.16%), dan yang paling rendah pada usia di atas 42 tahun (1%).
“Di era kedokteran presisi (precision medicine), SMART-IVF selalu melakukan aktualisasi metode dan teknologi dalam penanganan infertilitas, dengan menjadikan berbagai hasil penelitian dalam melakukan pelayanan,” ujarnya.