Bisnis.com, JAKARTA - Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa jumlah penderita penyakit ginjal kronis mencapai 3,8%, meningkat sebesar 1,8 % dari riset sebelumnya.
Penyakit ginjal merupakan suatu epidemik global alias terjadi di seluruh dunia. Tetapi, di negara berkembang prevalensinya terus meningkat.
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi Aida Lydia mengatakan bahwa kebanyakan pasien penyakit ginjal datang ke rumah sakit saat sudah parah. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran untuk deteksi dini dan pencegahan penyakit ginjal.
Pada peringatan hari ginjal sedunia 2019 pada 14 Maret diusung tema Kidney Health for Everyone Everywhere. Kali ini merupakan tahun ke 12 diperingati di seluruh dunia. Seruan tema tersebut mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan ginjal dengan cara mencegah sejak dini.
Ketua umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PB PERNEFRI) ini juga menjelaskan bahwa penyakit ginjal memiliki risiko tinggi untuk mendapatkan penyakit jantung, bahkan kematian. Angka kematian penyakit ginjal kronik makin tinggi sekarang ini.
Ketika seseorang mengalami penyakit ginjal kronik, penderita biasanya mengalami gangguan fungsi ginjal lebih dari 3 bulan. Sedangkan kurang dari itu, kemungkinan seseorang mengalami penyakit ginjal akut.
Untuk menegakkan diagnosis penyakit ginjal, perlu dilakukan pemeriksaan darah, USG, dan biopsi. Hal ini penting karena penyakit ginjal tidak selalu bergejala.
Stadium penurunan fungsi ginjal terdiri dari stasium 1-5, yang dihitung dengan nilai kreatinin. Apabila sudah memasuki stadium 5, pasien membutuhkan terapi pengganti ginjal. Pada stadium 1-4, terapi yang dilakukan adalah untuk memperlambat progresivitas penurunan fungsi ginjal.
Penyebab penyakit ginjal atau gagal ginjal, menurut Aida, disebabkan oleh radang ginjal, diabetes, dan hipertensi. Paling tinggi disebabkan oleh hipertensi, yakni 45%. Hipertensi mengganggu pembuluh darah pada area ginjal, sehingga terjadi penurunan fungsi ginjal. Itulah sebabnya dalam pengobatannya, setiap faktor risiko harus diobati juga.
“Banyak pasien yang tidak minum obat secara rutin, termasuk juga tidak disiplin dalam kontrol ke dokter sehingga memicu komplikasi,” kata Aida.
Padahal, minum obat dan kontrol adalah hal yang sangat penting dalam tatalaksana penyakit ginjal.
Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2TM) Kemenkes RI Cut Putri Arianie mengatakan bahwa gagal ginjal merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menyebabkan penderitanya kehilangan hari produktif.
Aida menegaskan bahwa untuk mencegah penyakit ginjal sebetulnya dapat dilakukan sejak dini melalui perubahan perilaku hidup sehat seperti pola makan sehat, aktivitas fisik, dan mengurangi konsumsi garam dan alkohol.
Dia mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan upaya promosi agar masyarakat lebih sadar dan peduli akan pencegahan penyakit tidak menular. Cut juga menyarankan agar masyarakat melakukan deteksi dini melalui screening kesehatan. Apabila sudah mengalami penyakit ginjal, pengobatan sebaiknya dilakukan secara menyeluruh dan berkualitas.
Aida mengatakan bahwa untuk mencapai target masyarakat dengan ginjal sehat, diperlukan dukungan dari semua pihak, mulai dari pelayanan kesehatan, pemerintah, swasta, dan masyarakat.