Bisnis.com, JAKARTA - Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit menular penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Tiap satu jam diperkirakan paling tidak ada 13 orang di Indonesia meninggal karena TBC.
Penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis itu masih sulit diatasi karena gejala pada penyakit ini sulit terdeteksi. Selain itu, juga banyak mitos yang berkembang mengenai penyakit ini.
Berikut mitos dan fakta mengenai TBC yang perlu diketahui:
1. Mitos: TBC Penyakit Keturunan
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Wiendra Waworuntu mengungkapkan bahwa TBC bukanlah penyakit keturunan. Penyebaran penyakit ini memang lebih sering terjadi di antara keluarga, namun faktanya TBC tidak ada hubungannya dengan genetik.
Penyakit ini bisa menular kepada siapa saja lewat percikan dahak/liur yang dikenal dengan istilah droplet infection.
"Ini bukan penyakit turunan. Kadang-kadang kalau bapak ibunya menderita, apakah anaknya nanti menderita? Tidak. Tapi karena dia satu rumah biasanya tertular," ujar Wiendra.
2. Mitos: TBC Penyakit Guna-guna
Masih banyak masyarakat, terutama di daerah terpencil, yang menyangka bahwa batuk berdarah tanpa henti akibat dari diguna-guna. Padahal hal itu merupakan gejala TBC.
Akibat kurangnya pemahaman ini, penanganan terhadap TBC tidak dilakukan dengan benar
3. Mitos: Merokok Memicu TBC
Merokok memang sangat berbahaya bagi kesehatan paru-paru. Namun, merokok tidak akan menyebabkan TBC.
Direktur Kesehatan Ditjen Kekuatan Pertahanan Kementerian Pertahanan dr. Arie Zakaria, Sp OT mengatakan, merokok tidak ada hubungannya dengan TBC. Karena, TBC disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.
"TBC itu karena kuman kalau tidak ada kuman, dia mau merokok satu gedung, satu bungkus besar ya tidak akan kena," katanya. "Tapi orang perokok kan sering batuk. Kadang-kadang batuk itu ternyata karena dia kena TBC."
TBC memang memiliki gejala utama batuk terus menerus.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan, yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam/meriang lebih dari satu bulan.
4. Mitos TBC Tidak Bisa Disembuhkan
Anggapan ini tidaklah benar. Faktanya, TBC bisa dapat disembuhkan secara tuntas dengan catatan harus minum obat secara rutin dan teratur.
"Bisa disembuhkan dengan berobat teratur. Kalau nggak nanti resisten (kebal)," kata Wiendra.
Minum obat TBC harus dilakukan rutin minimal selama 6-9 bulan dibantu oleh Pengawasan Minum Obat. Bila tidak, TBC akan kambuh terus menerus dan bisa berlanjut menjadi Multidrug-Resistant Tuberculosis (MDR TB).
Pada tahap tersebut kuman TBC menjadi tidak lagi peka atau kebal terhadap obat antituberkulosis. Penanganan pada MDR TB menjadi lebih rumit dan pengobatannya butuh waktu lama serta efek sampingnya lebih kuat.