Bisnis.com, JAKARTA--Wacana fatwa haram bermain Game Player's Unknown Battle Ground atau PUBG dari Majelis Ulama Indonesia tengah menjadi perhatian publik Tanah Air.
Wacana tersebut muncul menyusul adanya dugaan bahwa aksi penembakan di Selandia Baru baru-baru ini dipengaruhi oleh kegemaran bermain game online berbau tembak-tembakan dan kekerasan.
Psikolog Anak dan Keluarga Sahening Dian Ardini menyarankan sebaiknya game-game berbau kekerasan tidak dikonsumsi oleh anak.
"Kalau game berbau kekerasan, ada pembunuhan, tembak-tembakan dikonsumsi terus-menerus akibatnya otak anak akan menangkap hal tersebut sebagai sesuatu hal yang biasa. Dikhawatirkan akan dicontoh sebagai perilaku," ujar Dian kepada Bisnis.com, Rabu (27/3/2019).
Menurut Dian, perilaku kekerasan memang tidak serta merta dipengaruhi langsung referensi perilaku dalam suatu gim. Terdapat faktor lain yang mempengaruhi perilaku seseorang, seperti faktor bawaan lahir dan lingkungan.
Namun demikian, ketika seorang anak yang tidak memiliki kecenderungan perilaku menyimpang disodori suatu hal yang bersifat sugestif, perilaku menyimpang seperti kekerasan bisa saja terpupuk.
Oleh karena itu, Dian menyarankan agar para orang tua senantiasa mengawasi anaknya, termasuk menyaring jenis-jenis game yang dikonsumsi. Game yang mengandung unsur ekstrem dianjurkan dilarang dikonsumsi anak.
Selain itu, orang tua juga harus mampu menjaga komunikasi dengan sang anak agar perilakunya selalu terpantau.
"Anak diajak komunikasi dua arah sehingga ketika ada satu hal yang menyimpang, orang tua bisa segera mencegah," kata Dian.