Bisnis.com, JAKARTA--Tingkat kepercayaan diri perempuan dianggap lebih rendah dibandingkan laki-laki dalam mengejar pekerjaan di bidang teknologi, atau pun di bidang lainnya.
Berdasarkan data UNESCO dan Korean Women’s Development Institute menggambarkan sejumlah ilmu terkait bidang STEM (Sains, Technology, Engineering, Mathematics) di perguruan tinggi Indonesia sendiri sebenarnya diminati perempuan.
Data tesebut menunjukan sebanyak 88% responden memilih biologi, 80,7% farmasi. Sisanya, pilihan perempuan jatuh pada sejumlah disiplin ilmu lain seperti kedokteran sebesar 73%, matematika 57,7%, dan fisikia 38,9%.
Perusahan-perusahaan pun sebetulnya sudah tidak mempermasalahkan gender dalam hal perekrutan karyawan. Hanya saja beberapa dari perusahaan mungkin saja mempertimbangkan perempuan dalam posisi tertentu karena sifat alamiah perempuan memiliki kapasitas yang berbeda dengan laki-laki.
Selain itu adanya problematika perempuan jika dalam keadaan hamil, kemudian melahirkan, dan harus mengasuh anak.
Ketakutan seperti itu bisa saja menjadi pemicu mengapa bekerja di bidang STEM terasa sulit medannya untuk perempuan. Kendati begitu, bukan tidak mungkin di masa yang akan datang perempuan akan merajai bidang teknologi dengan kelebihan alami perempuan yang bisa jadi menguntungkan.
Bussines Intelligence Architect Bukalapak Tiffany Adriana menjadi salah satu perempuan yang berani dan percaya diri untuk bekerja di bidang teknologi. Tiffany mengakui dalam prakteknya memang di bidang teknologi masih banyak di dominasi oleh laki-laki. Misalnya saja dalam timnya, dari dari tujuh orang, dua orang perempuan termasuk dirinya.
Namun hal tersebut menjadi langkah yang baik, atau dapat menjadi bukti bahwa perempuan juga memberikan andil yang sama di dunia yang didominasi laki-laki. Hal tersebut menunjukan mulai ada perempuan yang berani bekerja di bidang teknologi.
“Jadi aku melihatnya makin ke sini dogma tentang bidang teknologi digital yang isinya cuma laki-laki semua itu mulai bergeser. Makin banyak perempuan yang aktif di dunia digital,” kata Tiffany kepada Bisnis.com, dikutip Senin (29/4/2019).
Tiffany mengatakan, hal tesebut sebetulnya kembali lagi dalam pribadi masing-masing perempuan.
“Kembali lagi kita harus percaya diri dengan diri sendiri, itu mind set ya, kalau kita percaya dengan kemampuan kita, maka talenta kita juga akan terpancar,” jelasnya.
Untuk itu, lanjut Tiffany perempuan harus lebih berani untuk mencoba. Apabila tidak mencoba dan hanya terpaku dengan ketakutan, atau hanya bernadai-andai saja. Atau misalnya saja, kita memiliki pemikiran atau pesan tertentu untuk kemajuan perusahaan harus berani untuk mengutarakannya. Ketika hal tersebut sudah terjadi, hal tersebut dapat meningkatkan keyakinan perempuan-perempuan.
Menurutnya, dalam dunia kerja saat ini semua setara. Misalnya saja communication skill seperti baik tidaknya pendekatan dengan stakeholder bukan dilihat dari gender.
“Jangan takut memulai, jangan takut mencoba di dunia teknologi, tidak ada diskriminasi ataupun perbedaan sama sekali,” katanya
Justru menurut Tiffany, perusahaan teknologi memberikan system kerja yang lebih fleksibel untuk perempuan, apalagi bagi mereka yang telah memiliki keluarga.
Misalnya saja, Bukalapak juga memiliki engineering seorang perempuan, bahkan sudah memiliki keluarga. “ Di jaman sekarang ini kan komunikasi juga mudah banget, bisa memlalui telepon, bisa ikut converency call. Selama budaya perusahaan mengijinkan hal itu positif banget,” jelasnya.