Bisnis.com, JAKARTA -- Kesehatan seseorang tak hanya dipengaruhi oleh kondisi fisik, tapi juga oleh kondisi mental dan situasi di lingkungan sekitar, termasuk kehidupan pernikahan.
Buktinya, hasil studi yang dipublikasikan di Journal of Health and Social Behavior menyatakan bahwa pernikahan yang tak harmonis dalam jangka panjang bisa memicu penyakit jantung, terutama bagi perempuan.
Sosiolog dari Michigan State University Hui Liu menyatakan temuan ini menunjukkan pentingnya konseling dan berbagai program untuk meningkatkan kualitas serta kesejahteraan pernikahan. Utamanya, bagi pasangan yang sudah berusia 70-80 tahun.
"Konseling pernikahan difokuskan terutama pada pasangan muda. Tapi hasil ini menunjukkan kalau kualitas pernikahan penting juga bagi mereka yang berusia lebih tua. Bahkan, ketika pasangan telah menikah 40 atau 50 tahun," ujarnya, seperti dilaporkan laman Telegraph.
Dilansir dari Tempo, Minggu (28/4/2019), proyek ini menyertakan survei tentang kualitas dan laporan kesehatan tiap responden. Untuk kesehatan kardiovaskular misalnya, mencakup rekaman serangan jantung, stroke, hipertensi, dan kadar protein C-reaktif dalam darah.
Studi tersebut menemukan sejumlah hal bahwa kualitas pernikahan yang buruk, misalnya karena pasangan selalu mengkritik dan menuntut, bakal berdampak buruk pada kesehatan jantung. Akibatnya, muncul risiko penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi pada responden yang berusia lebih tua.
Studi tersebut menganalisis data dari 1.200 laki-laki dan perempuan yang sudah menikah. Rata-rata peserta berusia 57-85 tahun pada awal penelitian dilakukan.
Liu menjelaskan seiring waktu, stres akibat pernikahan yang tak harmonis bisa merangsang respons kardiovaskular yang lebih banyak dan lebih intens. Hal ini turut terkait dengan menurunnya fungsi kekebalan tubuh dan berbagai kelemahan lain yang biasa berkembang pada usia tua.
Adapun pengaruh yang lebih besar kepada jantung perempuan kemungkinan disebabkan perempuan cenderung memendam perasaan negatif. Dengan demikian, perempuan lebih mungkin tertekan.
Selain itu, penyakit jantung lebih mungkin menyebabkan penurunan kualitas pernikahan bagi perempuan dibandingkan laki-laki. Temuan tersebut diklaim sejalan dengan pengamatan yang sudah lama dilakukan.
Menurut Liu, istri lebih mungkin memberikan dukungan dan perawatan ketika suaminya sakit, dibandingkan sebaliknya.
"Kesehatan istri yang buruk dapat mempengaruhi bagaimana dia menilai kualitas pernikahannya. Namun, kesehatan suami yang buruk tidak merusak pandangannya tentang pernikahan," paparnya.