Bisnis.com, JAKARTA – Bisnis Indonesia mendapatkan kunjungan dari manajemen startup perhotelan Airy yang memaparkan ekspansi bisnisnya untuk menjadi calon unicorn baru di masa depan.
Vice President Marketing Airy, Ika Paramita mengatakan Airy sebagai startup perhotelan 100% asli Indonesia, hadir untuk melakukan pemberdayaan dengan cara menjalin kemitraan dengan para pemilik hotel budget atau properti idle di Tanah Air yang bersedia untuk dikembangkan.
“Kami melihat banyak properti di daerah yang sulit berkembang bahkan mangkrak. Mereka tidak punya akses terhadap funding, akses terhadap teknologi, hingga untuk renovasi bangunan. Airy menawarkan kemitraan untuk mencapai satu jaminan kualitas sebagai hotel budget yang nyaman,” jelasnya dalam kunjungan ke Redaksi Bisnis Indonesia, Kamis (9/5/2019).
Baca Juga HKR Gaet Airy |
---|
Melihat fenomena itu, Airy hadir menawarkan solusi bagi pemilik properti untuk mengembangkan hotelnya mulai dari fasilitasi funding ke bank atau fintech, hingga penyediaan teknologi pelayanan yang mudah dan efisien sesuai tuntutan pasar perhotelan saat ini. “Tentu kami memiliki kriteria dalam memilih properti yang layak jadi mitra.”
Sebagai informasi, Airy Rooms adalah jaringan operator hotel yang bermitra dengan berbagai hotel budget di seluruh Indonesia. Terdapat tiga jenis kamar yang disediakan Airy Rooms, yaitu Premier, Standard, dan Eco.
Sementara itu, Corporate Communication Marketing Airy, Stephan Sinisuka menjelaskan Airy memposisikan sebagai konsultan bagi pemilik properti/hotel budget untuk mengoptimalkan asetnya.
“Kami memberikan rekomendasi kepada pemilik properti dan membantu funding dengan menghubungkannya dengan bank atau fintech, dan tidak ada fee untuk jasa ini. Tak hanya itu, kami juga memfasilitasi untuk renovasi propertinya seperti dengan Dekoruma, hingga dukungan teknologi,” tuturnya.
Stephan menjelaskan saat ini Airy memiliki jaringan lebih dari seribu properti dengan jumlah 19.000 kamar di 90 kota di Indonesia, dan termasuk di antaranya 300 hotel syariah seiring dengan meningkatnya industri muslim tourism.
Menurutnya, bisnis perhotelan merupakan produk jasa yang harus mengutamakan kenyamanan pelanggan, sehingga jaringan hotel Airy menyediakan fasilitas yang baik di kelas hotel budget seperti wifi, TV, air hangat, AC, perlengkapan mandi, air minum, hingga makanan ringan gratis.
“Kita terus aktif ekspansi menambah properti, yang paling banyak di Jawa dan Bali. Kami memiliki tim untuk terus mencari properti potensial yang bisa bergabung dengan Airy. Saat ini, Airy sudah menjadi startup dengan jaringan hotel terbesar,” tegasnya.
Stephan melanjutkan, sebagai platform bisnis perhotelan, Airy terus memperkuat teknologi pelayanan di seluruh jaringan hotel mitra dengan menerapkan property management system.
Saat ini, di Indonesia ada sekitar 11.000 hotel independen yang bintang 3 ke bawah, dan 30%-nya masih menggunakan pelayanan manual, seperti sistem bookingnya. Pengelolaan tradisional tersebut dinilai banyak potential lost-nya.
“Dengan Airy semua bisa dikelola secara transparan. Kami memberikan sistem ini ke seluruh hotel mitra kami agar pelayanannya semakin efisien.”
Dia menjelaskan dengan property management system ini meningkatkan efisiensi pengelolaan operasional hotel, seperti memantau jumlah kamar terisi dan kamar kosong. “Kalau ada tamu check out itu langsung ada notifikasi ke bagian housekeeping dan akan langsung dibersihkan kamarnya dengan cepat.”
Selain itu, sistem ini juga memungkinkan pemilik properti bisa memantau secara terbuka perkembangan bisnisnya melalui aplikasi, baik untuk tingkat hunian hingga pendapatannya. “Misalnya, banyak pemilik hotel ini dari Jakarta tetapi properti mereka di Makassar. Dengan sistem ini pemilik hotel bisa memantau perkembangan bisnis hotelnya, kapan saja dan di mana saja.”
Tidak hanya sampai di situ, Airy juga mendukung pemenuhan SDM perhotelan di seluruh jaringannya salah satunya memberikan pelatihan housekeeping gratis yang mayoritas merupakan lulusan SD, SMP, SMA dalam program Airy Community.
“Yang kita lakukan adalah empowerment. Aset mangkrak kita bantu kembangkan jadi hotel produktif, hingga memberdayakan SDM lokal. Sebagai gambaran, hotel premier itu memiliki okupansi rata-rata di atas 70%.”