Bisnis.com, JAKARTA – Industri fotografi Tanah Air dinilai masih sangat kekurangan profesi kurator dan kritikus yang bisa mendorong ekosistem lebih berkembang.
Hal tersebut disampaikan oleh Festival Director Jakarta International Photo Festival (JIPFest) 2019 Cristian Rahardiansyah. Menurutnya, profesi kurator fotografi memiliki peran penting dalam hal penyelenggaraan pameran dan perlombaan foto.
Para kurator merupakan pihak yang akan menyeleksi karya melalui riset dari sistem kurasi yang dibentuk. Selain itu, mereka juga yang akan bekerja sama dengan desainer pameran untuk menyajikan dan mengemas karya fotografi secara menarik kepada publik.
Dia menyebutkan beberapa nama yang hingga kini masih aktif menjadi kurator fotografi dalam negeri adalah Oscar Matuloh dan Firman Ichsan, “Masalahnya, setelah mereka nih siapa lagi?,” katanya.
Sementara itu, profesi lainnya yang juga minim di industri fotografi Indonesia adalah kritikus atau yang di Indonesia lebih dikenal dengan istilah pemerhati.
Cris, panggilan akrabnya, menyampaikan bahwa seorang kritikus foto tidak hanya mengulas sebuah karya pada tataran umum, tetapi harus bisa memberikan kerangka sekaligus mengkritik karya dengan detil.
“Misalnya, dia [kritikus] bisa tau kalau sebuah karya foto ini punya kesamaan dengan karya foto sebelumnya yang pernah dipamerkan di mana. Punya wawasan yang luas sebagai bahan untuk memberi komentar,” ujarnya.
Dia menuturkan bahwa layaknya kritikus film – yang saat ini sangat banyak jumlahnya – kritikus foto juga memiliki peran untuk memberikan wawasan mengenai sebuah karya yang bisa dijadikan referensi untuk kembali didiskusikan oleh orang lain.
Sayangnya, Cris berpendapat bahwa saat ini Indonesia tidak lagi memiliki kritikus foto yang aktif memberikan ulasannya. Dia menyebut, beberapa tahun belakangan nama-nama yang cukup beken terkait kritikus foto misalnya Yudi Soerjoatmodjo dan Seno Gumira.